“Tahun depan kalau lombanya masih sama, kita meningkatkan strategi untuk mendapatkan lap yang baik dengan mengatur rute pesawat dan mempertimbangkan arah angin,” tuturnya.
Sementara itu, pada kontes tahun ini divisi VTOL berhasil meningkatkan gelarnya menjadi juara pertama, setelah pada KRTI 2019 lalu harus puas dengan posisi kedua.
Tim Soeromiber yang merupakan nama tim divisi ini harus bertanding untuk meletakkan beban menggunakan drone pada tiga titik yang ditentukan dengan panduan berupa QR Code.
Titiknya ditentukan secara acak melalui undian. Pertandingan pun dilaksanakan secara langsung melalui zoom meeting.
Baca Juga: Banyak Laundry Tak Miliki Ipal, Mahasiswi ITS Hadirkan Konsep 3R
Pertandingan menjadi lebih sulit karena dilakukan di dalam ruangan, sehingga Global Positioning System (GPS) tidak dapat digunakan. Namun, tim Soeromiber mampu memenangkan semua pertandingan pada tiap babak secara konsisten.
Tidak berhenti di situ, tim ini menjadi satu-satunya tim yang dapat menyelesaikan misi secara penuh dengan rekor catatan waktu tercepat, yakni 50 detik. Meninggalkan kompetitornya dengan selisih yang jauh.
Tim Bayusuta yang merupakan nama tim divisi TD, lanjut Heri, berhasil meraih predikat pada tiap subdivisi lomba.
Seperti tahun sebelumnya, kali ini pun Tim Bayusuta berhasil keluar sebagai juara pertama pada TD Air Frame Innovation. Dengan pesawat hybrid berbahan balsa dan triplek yang dapat melakukan take off dan landing secara vertikal, tim Bayusuta berhasil melakukan presentasi dengan baik dan demo dengan sempurna.