Sebelumnya, Macron berjanji untuk melawan "separatisme Islam", yang menurutnya mengancam untuk mengambil kendali di beberapa komunitas Muslim di seluruh Prancis.
Macron telah berjanji untuk memerangi kaum radikal Islam setelah pemenggalan kepala seorang guru sejarah pada 16 Oktober yang sempat mempertunjukkan kartun Nabi Muhammad kepada murid-muridnya dalam diskusi kelas tentang kebebasan berbicara.
Namun komentarnya memicu protes di negara-negara mayoritas Muslim pada akhir pekan, dengan orang-orang membakar gambar Macron di Suriah dan membakar bendera Prancis di ibu kota Libya, Tripoli.
Baca Juga: Iklan Facebook Diboikot Ratusan Perusahaan Besar, Berikut Daftarnya!
Tagar seperti #BoycottFrenchProducts dalam bahasa Inggris dan bahasa Arab #NeverTheProphet menjadi tren di berbagai negara termasuk Kuwait, Qatar, Palestina, Mesir, Aljazair, Yordania, Arab Saudi, dan Turki.
Di Kuwait, ketua dan anggota dewan direksi dari Al-Naeem Cooperative Society memutuskan untuk memboikot semua produk Prancis dan mengeluarkannya dari rak supermarket.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan juga turut buka suara atas kondisi yang sedang terjadi di Prancis.
"Saya menyerukan kepada orang-orang, jangan mendekati barang-barang Prancis, jangan membelinya. Para pemimpin Eropa harus mengatakan 'berhenti' untuk Macron dan kampanye kebenciannya," kata Erdogan seperti dikutip dari CNN.