Kepada para peserta, pembicara sekaligus pengisi materi yang merupakan Dosen FISIP Univ. Lambung Mangkurat Banjarmasin, Andi Tenri Sompa, menjelaskan fakta bahwa peran perempuan saat ini karena masih terikat dengan anggapan bahwa laki-laki lebih tinggi dan kuat.
Hal itu juga yang berpengaruh pada peran sehari-hari, yang akhirnya menempatkan perempuan sebagai kaum yang terkesan lemah.
"Stereotip ini yang kemudian membuat ketidaksetaraan gender," ungkapnya.
Solusi yang paling penting menurut Andi, adalah dengan mengubah stereotip itu agar secara perlahan muncul kesadaran terkait pentingnya kesetaraan gender antara perempuan dan laki-laki.
Baca Juga: Sistem Database, Lebih Ringkas Dan Mempermudah Proses Pengelolaan Data
Salah satunya dengan memberikan kesempatan kepada perempuan untuk melakukan hal yang dengan laki-laki, seperti dalam pekerjaan atau kegiatan lainnya.
Sementara itu, dalam sambutannya, Kepala Bakesbangpol Kalimantan Selatan, Heriansyah mengungkapkan bahwa pemenuhan 30 persen keterwakilan perempuan di parlemen harus dilakukan agar pemahaman dan kesadaran politik semakin meningkat.
Sehingga stigma bahwa politik hanya ranahnya kaum laki-laki dapat dipatahkan, mengingat faktanya politik tak mengenal atau dikuasai gender tertentu.
"Ubah paradigma bahwa dunia politik tidak semata-mata dunia yang penuh kekerasan, manipulatif dan curang. Melainkan wadah dan sarana untuk berdemokrasi dalam perjuangan mengemukakam gagasan," tuturnya.
Contohnya dengan menjadi wakil rakyat, yang dalam beberapa kali Pileg menunjukkan progres yang cukup baik dari jumlah Caleg perempuan, meskipun belum dapat dikatakan mencapai 30 persen.