Kisah Sulis yang Menerima Manfaat Program Konsumsi dan Produksi Berkelanjutan melalui Proyek Mata Kail

16 Desember 2020 08:30 WIB
Sulis dan kepiting hasi budidayanya.
Sulis dan kepiting hasi budidayanya. ( Agus Haru/Yayasan Plan International Indonesia)

Awalnya, rasa sedih Sulis sempa terobati, karena ia bisa langsung bekerja dengan mendapatkan gaji sekitar Rp 2 juta perbulan. Gaji ini cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, juga membantu orang tuanya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Namun, sejak pekerjaan ini terputus, ia terpaksa mencari cara lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Segala upaya ia lakukan, mulai dari berjualan pulsa sampai menjual bensin eceran yang ia pajang di depan rumahnya. Meski upayanya belum membuahkan hasil, Sulis tidak menyerah. Ia memutar otak untuk memenuhi kebutuhan, termasuk untuk membayar cicilan motor yang ia kredit sejak November 2019.

“Walaupun pendapatan tidak seberapa, saya harus terus berusaha,“ ujar Sulis.

Beruntung, pada Agustus 2020, Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) yang bermitra dengan Bengkel APPeK (Advokasi Pemberdayaan dan Pengembangan Kampung) dan Kopernik mengimplementasikan program Mata Kail (Mari kita kreatif agar ikan Lestari) di desa tempat Sulis tinggal.

Baca Juga: Pandemi Covid-19, Pelaku Usaha Nilai Transaksi Online Harus Dimaksimalkan

Program yang didanai oleh Uni Eropa melalui Program Sustainable Consumption and Production in Fish Processing Sector-SWITCH Asia II ini dilaksanakan di tiga wilayah NTT, termasuk di Kabupaten Nagekeo.

Melalui Mata Kail, Sulis menapatkan pelatihan kewirausahaan. Ia diajarkan melihat potensi ekonomi dari sektor pengolahan ikan yang ada di sekitarnya, kemudian mengolahnya menjadi penghasilan baru.

Hal ini sejalan dengan tujuan program, yaitu melatih dan mengasah mental kewirausahaan kaum muda di bidang sektor pengolahan ikan, khususnya kaum muda perempuan, agar mereka dapat menggerakkan diri sendiri dan memengaruhi orang lain.

Baca Juga: Kabar Baik! Kasus DBD di Sikka NTT Menurun, 1.474 Pasien Sembuh

Hal ini dilakukan, demi mempromosikan konsep konsumsi dan produksi yang berkelanjutan, juga mengurangi angka pengangguran kaum muda, khususnya kaum muda perempuan, juga menangani persoalan kekurangan gizi di desa.

Setelah mengikuti pelatihan kewirausahaan di bulan Agustus, Sulis pun mulai menyadari potensi ekonomi yang ada di sekitarnya. Ia mulai mencoba berjualan kepiting lewat media sosial, seperti Facebook (FB) dan WhatsApp (WA).

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm