“Misalnya saya kondisi sekarang, sisi satu tampak dari wabah pandemik COVID-19 kedua masalah medsos. Medsos sangat luar biasa. Karena lebih cepat dan disukai netizen. Di medsos tidak dipercaya tapi dibaca. Media cetak dipercaya tapi tidak dibaca. Contohnya informasi lewat instagram, YouTube dan Facebook,” terangnya.
Ke depan tantangan media massa adalah menimbulkan optimisme dan jangan pesimis. Dalam jangka panjang, media massa harus mengikuti tren bisnis sesuai zaman, seperti perubahan empat pola. Yakni inovasi bisnis digital, yakni informasi dan data merujuk digitalisasi.
“Kedua bisnis data, semua sudah diubah dalam bentuk data elektronik. Ketiga bisnis kesehatan, ini akan terus karena COVID-19 tidak akan berakhir, karena panjang waktunya saat ini masih pro kontra. Terakhir mengulas tren WFH yang sekarang dunia pers pun sedang merasakkannya,” timpal dia.
Baca Juga: KPU Makassar Atur Penayangan Iklan Kampanye Politik di Media Massa
Sementara itu, Kepala Newsroom Sriwijaya Post-Tribun Sumsel, Wenny Ramdiastuti melanjutkan, sebagai perusahaan yang sudah mengandalkan pemberitaan online dengan jaringan informasi luas, ia menyebut tantangan terbesar media massa di tengah pandemik COVID-19 saat ini adalah menguatkan pondasi.
“Kami grup tribun yang bahkan sudah kuat secara online, menyebarkan informasi cepat untuk dilihat publik, sebenarnya juga masih tergagap-gagap. Padahal kami punya cetak yang ditunjang online, kami berharap ke depan ada kekuatan di antara kita bersaing dengan medsos. Tapi satu hal penting, kita pun jangan menganggap remeh medsos,” jelasnya.
Wenny menyampaikan, jurnalis dan perusahaan pers harus bermental baja sebagai bentuk wartawan menolak mati dan kalah dari media sosial. Insan pers mesti berani tampil, terus tampil, dan tunjukkan eksistensi. Karena jurnalis merupakan profesi yang sangat diperlukan.
Baca Juga: Pemkot Palembang Bakal Libatkan ACT saat Kegiatan Belajar Mengajar Tatap Muka