Sehingga menyebabkan gelombang pasang yang lebih tinggi di pesisir Utara Sulawesi, termasuk Manado.
Perbedaan tekanan udara antara wilayah utara dan selatan khatulistiwa cukup signifikan sehingga kondisi medan angin secara regional menunjukkan pola Fetch (angin dengan arah konstan dalam area yang luas) cukup panjang, sehingga potensi peningkatan kecepatan angin semakin tinggi.
Kondisi angin menurut Koordinator Operasional Stasiun Meteorologi Sam Ratulangi Manado, Ben Arther Molle, memang puncaknya pada hari ini berkisar antara 15-30 knot atau sekitar 30-60 kilometer per jam.
Baca Juga: Pemprov Sulbar Peringatkan Warga Pesisir Bahaya Gempa Susulan
Sampai beberapa hari ke depan masih berpotensi terjadinya angin kencang tapi intensitas tidak sekuat hari ini, reratanya berkisar 10-20 knot.
Ben juga mengungkapkan, naiknya air laut ke daratan di kawasan bisnis Manado Town Square dan Kawasan Megamas karena akumulasi dari tinggi gelombang, angin kencang serta topografi kawasan tersebut yang tergolong rendah.
"Di kawasan itu juga ada reklamasi, topografi rendah dan tidak ada mangrove atau bakau. Hal seperti ini (banjir rob) akan terjadi di kawasan ini apabila terjadi angin kencang dengan tinggi gelombang signifikan," kata dia.
Baca Juga: Besok, Presiden Jokowi Dikabarkan Tinjau Banjir di Kalsel
Nampak perahu-perahu nelayan dipindahkan ke jalanan di Kawasan Megamas Manado akibat dari gelombang tinggi yang terjadi di sekitarnya. Sampah-sampah dari laut juga berserakan di jalanan tersebut.
Menurut pantauan BPBD Kota Manado, banjir sudah berangsur surut. Namun demikian, wilayah Kota Manado menurut prakiraan BMKG masih menghadapi potensi hujan sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat atau petir.
BNPB mengimbau masyarakat tetap waspada dan siaga menghadapi potensi bencana selama musim hujan hingga Februari 2021.