Wolbachia dari Aedes aegypti juga tidak menyebar ke serangga lain. Dan yang paling penting bahwa Wolbachia tidak menyebabkan penyakit pada manusia.
Untuk implementasi di Kabupaten Sleman tersebut, nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia ini diproduksi oleh WMP Yogyakarta, yang sejak tahun 2011 sudah melakukan penelitian pengendalian DBD.
Penelitian Aplikasi Wolbachia dalam Eliminasi Dengue (AWED) yang dilakukan sepanjang tahun 2017-2020, menunjukkan bahwa Wolbachia efektif menurunkan 77% kasus DBD di area intervensi dibandingkan dengan di area pembanding di Kota Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode Randomized Controlled Trial (RCT) sebuah standar tertinggi dalam penelitian medis, sama halnya dengan penelitian pengembangan obat baru.
Baca Juga: Status Gunung Api Meningkat, Kapolda DIY Kunjungi Pusdalops BPBD Sleman
Sebagai informasi, pada tahun 2014 lalu di Kabupaten Sleman pernah dilakukan pelepasan nyamuk dewasa dalam skala terbatas di 2 area yaitu di Desa Nogotirto (Dusun Karangtengah dan Ponowaren), dan di Desa Trihanggo (Dusun Kronggahan 1 dan 2). Herman Budi Pramono, SE, Kepala Desa Trihanggo, menyampaikan bahwa teknologi Wolbachia merupakan inovasi dalam pengendalian DBD.
Menurutnya, di Desa Trihanggo saat ini sudah tidak ditemukan lagi kasus DBD.
Di akhir acara kick off, Joko menambahkan, bahwa program ini terintegrasi dengan program pengendalian DBD yang sudah berjalan.
Ia mengingatkan masyarakat, walaupun di Sleman akan dilepaskan nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia, masyarakat perlu tetap menjalankan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan melakukan 4M Plus yaitu Menguras, Menutup, Mengubur, dan Memantau, serta menjaga Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
Baca Juga: Polda DIY Bagikan 200 Ribu masker Kepada Masyarakat Yogyakarta