Sonora.ID - Dunia digital mendorong inovasi di berbagai sekotor. Adanya digitalisasi tersebut sayangnya dibarengi dengan risiko kejahatan cyber yang juga meningkat.
Salah satu permasalahan yang masih merebak saat ini adalah keamanan data pengguna internet atau media sosial.
Banyak masyarakat yang mengeluhkan menerima pesan dari iklan-iklan produk tertentu. Padahal, mereka tidak pernah merasa menyebarkan data seperti nomor hp dan nama kepada orang asing.
Tak hanya itu, kini di media sosial Instagram juga kerap muncul iklan produk yang berkaitan dengan apa yang baru saja kita telusuri di perangkat handphone.
Baca Juga: 7 Cara Mengatur Privasi WhatsApp Agar Terhindar dari Kejahatan Cyber
Seperti contohnya kita baru saja mencari tiket pesawat ke suatu destinasi di Jawa Tengah di sebuah platform, tak lama kemudian akan muncul iklan hotel di daerah tersebut.
Menurut riset penyedia layanan cloud storage, pCloud, Instagram menjadi aplikasi yang paling invasif, karena melacak dan membagikan data pengguna paling banyak, yakni 62 persen data penggunanya.
Tak hanya itu, Instagram juga membagikan 79 persen data pengguna yang dikumpukannya untuk diberikan kepada pihak ketiga.
Melansir Kompas.com, Instagram mengumpulkan berbagai jenis data pengguna untuk tujuan yang beragam. Misalnya, anak perusahaan Facebook itu mengumpulkan jenis data seperti info kontak (alamat, alamat e-mail, nama, dan nomor telepon), pengenal (ID pengguna, dan ID perangkat), beserta data lainnya untuk melacak pengguna di seluruh aplikasi dan situsnya.