Untuk pembangunan bandara ini, tentu tidak mudah. Syahrul harus bolak balek menemui Menteri Perhubungan ketika itu. Hingga akhirnya disepakati, pemerintah pusat mendanai bandara tersebut, sedangkan pembebasan lahannya oleh Pemerintah Daerah (Pemda) Tana Toraja.
Tantangan lainnya, lokasi bandara Buntu Kunik ini tidak seperti bandara lain. Topografinya agak rumit karena harus membelah gunung, menimbun dan meratakan untuk mendapatkan luasan lahan seperti yang direncanakan yaitu 141 hektare (ha).
Kini, bandara yang dirintis sejak kepemimpinan Syahrul sebagai Gubernur Sulsel, akan diresmikan Presiden Jokowi.
Bandara ini memiliki panjang landasan pacu pada tahap awal 1.600 meter yang bisa didarati pesawat jenis ATR, kemudian apron seluas 94,5 x 67 meter dan taxiway 124,5 x 15 meter. Sedangkan luas bangunan terminal sekitar 1.000 meter persegi yang mampu menampung 150 penumpang.
Baca Juga: Bakal Dihadiri Jokowi, Pemkot Makassar Siapkan Peresmian Tol Layang Petterani
Pada tahun 2018, pembangunan tahap I dilanjutkan oleh pemerintah pusat hingga akhirnya rampung pada pertengahan 2020.
Pesawat milik maskapai Wings Air menjadi pesawat komersial pertama yang mendarat di Bandara Toraja pada 20 Agustus 2020.
Pendaratan pesawat jenis ATR/72-600 itu dilakukan usai uji coba lintasan dengan pesawat jenis kalibrasi Hawker 900 XP milik Kementerian Perhubungan pada pekan sebelumnya.
Untuk pembangunan pada tahap selanjutnya, akan dilakukan perpanjangan runway hingga 2.000 meter, sehingga ditargetkan pesawat berkapasitas besar seperti Boeing 737 dapat mendarat di Bandara Buntu Kunik.
Sementara, pembangunan jalan Tol layang AP Pettarani sepanjang 4,3 km merupakan proyek investasi senilai Rp 2,243 triliun dengan melibatkan 2.000 lebih pekerja. Jalan Tol itu merupakan perpanjangan dari Jalan Tol Seksi I dan II serta tidak ada penambahan gerbang tol baru.
Baca Juga: Presiden Jokowi Akan Resmikan Bandara Buntu Kunik Toraja dan Tol Layang Makassar