Sonora.ID - Dua saham konsumer besar, INDF dan ICBP mengalami penguatan harga dan bisa keluar dari downtrendnya sejak Desember. ICBP bahkan dibuka dengan gap up dan ditutup dengan penguatan 4.25% pada perdagangan kemarin (24/3).
Setali tiga uang, induknya INDF juga ditutup menguat 5.12%. Penguatan harga INDF dan ICBP karena rilis laporan keuangan FY20 yang baik karena profitabilitasnya mengalami pertumbuhan yang cukup memuaskan.
Kinerja Top Line dan Bottom Line 2020
ICBP meraup pendapatan Rp 46.6 triliun, naik 10.3%YoY, 17.5%QoQ. Kinerja Bottom line ICBP juga mengalami pertumbuhan 31% YoY, 348% QoQ menjadi Rp 6.59 triliun (117% cons). Penjualan segmen mi instan menjadi pendorong pendapatan ICBP dengan kontribusi 67% terhadap total pendapatan dan naik 15% YoY. Segmen penyedap makanan menjadi segmen dengan pertumbuhan tertinggi sebesar 26% YoY.
Baca Juga: Efisiensi Biaya, SMGR Bukukan Kenaikan Laba Kuartalan
Pendapatan INDF Rp 81.7 triliun, naik 6.7%YoY, 18%QoQ. Laba bersih INDF sebesar Rp 6.46 triliun, naik 32% YoY, 198% QoQ (120% Cons). Produk konsumen menjadi pendorong pendapatan INDF dengan konstribusi 55% dari total pendapatan. Segmen ini naik 10% YoY.
Kinerja 2021 Berpotensi Bertumbuh
Ekonomi Pulih dan Pangsa Pasar Meluas
Pemulihan ekonomi dapat menjadi pendorong konsumsi masyarakat. Hal ini menjadi katalis positif bagi perusahaan Indofood dengan bisnis makanan dan minuman. Daya beli yang meningkat, diharapkan mampu meningkatkan sales volume dan mempertahankan pertumbuhan revenue ICBP dan INDF.
Selain itu, akuisisi pinehill juga memberikan dampak positif untuk perluasan pasar Indofood di luar negeri. Dampak positif ini bisa dirasakan sepenuhnya oleh Indofood di tahun 2021.
Pinehill, saat ini tercatat memiliki pangsa pasar yang kuat di 8 negara di kawasan Afrika, Timur Tengah dan Eropa Tenggara dan memiliki sebanyak 12 fasilitas produksi mi instan di 8 negara dengan total populasi 550 juta penduduk dan memiliki jaringan distribusi di 33 negara dengan kapasitas produksi 10 miliar bungkus mie instan.