Sementara itu, Kepala LPEM FEB UI, Riatu Mariatul Qibthiyyah menyampaikan bahwa sebesar 68,6 persen penjual yang bergabung dengan Tokopedia pada saat pandemi merupakan pencari nafkah tunggal di keluarga.
Diungkapkan sebanyak 76,4 persen penjual mengatakan kemudahan mengelola bisnis menjadi alasan utama bergabung dengan Tokopedia. Selain itu, Saat pandemi pula, terdapat 90 persen penjual berskala mikro di Tokopedia.
Disisi lain, Astri Wahyuni juga mengungkapkan berdasarkan data internal Tokopedia, terdapat peningkatan jumlah penjual dari 7,2 juta sebelum pandemi Januari 2020 lalu menjadi lebih dari 10 juta penjual saat ini. Contoh pegiat usaha yang mengalami peningkatan penjualan saat pandemi adalah Bali Alus.
Baca Juga: PKK Berperan untuk Sosialisasikan dan Sukseskan Program Pemerintah
Owner Bali Alus, Ni Kadek Eka Citrawati menyampaikan sejak pandemi ini terjadi, sebesar 80 persen penjualan dikatakan berasal dari Tokopedia. Eka Citrawati menjelaskan bahwa kenaikan penjualan selama pandemi mencapai hampir 3x lipat dibanding periode sebelum pandemi.
Riatu Mariatul kembali menjelaskan bahwa belanja online semakin menjadi alternatif masyarakat saat pandemi untuk memenuhi kebutuhan sekaligus mengurangi risiko penyebaran virus di tempat ramai.
“Rata-rata pengeluaran bulanan konsumen sebelum dan saat pandemi di Tokopedia meningkat 71 persen,” jelasnya.
“Platform belanja online Tokopedia semakin diandalkan berbagai kalangan. Konsumen baru dari kalangan ibu rumah tangga, pelajar, mitra aplikasi online, wirausaha tanpa karyawan dan pekerja lepas meningkat di masa pandemi,” terang Riatu Mariatul.
Baca Juga: Gubernur Koster Perjuangkan 2.860.116 Penduduk Bali Divaksinasi