"Setiap hari gitu, pergaulannya orang dewasa yang maaf kata banyak, ga semuanya ya, di dalamnya adalah pelaku kejahatan, tapi gak semua. tapi saya pikir ini gak adil," kata Lamtiar.
Akhirnya Lamtiar pun mengajak kerabatnya Camel untuk membuat film 'Invisible Hopes', yang awalnya direncanakan untuk dijadikan sebuah film pendek.
Lamtiar menungkapkan alasan mengapa ia semakin kuat untuk mempertahankan film ini meskipun banyak kendala, adalah karena setelah menemukan fakta di lapangan yang jauh dari bayangan timnya.
Tantangan pembuatan film
Tantangan dalam pembuatan film ini menurut Lamtiar yang pertama-tama adalah izin.
"Izin itu gak gampang masuk penjara, apalagi sampai masuk ke dalam kamar seperti itu," kata Lamtiar.
Baca Juga: Merayakan (Kembali) Kebangkitan Film Indonesia dalam Fase New Normal
Selanjutnya ia juga menegaskan bahwa dunia di dalam penjara itu berbeda dengan dunia bebas di luar, proses syuting juga berbeda dengan menggunakan alat-alat seadanya.
Kemudian tantangan selanjutnya adalah pendekatan dengan narasumber dan juga petugas di lapas, bagaimana cara mengambil hati mereka agar proses syuting berjalan lancar.
Diakui Lamtiar, tantangan paling sulit yang terakhir adalah masalah funding, sehingga untuk menyelesaikan film ini memakan waktu yang cukup lama.
Lamtiar berharap melalui film ini negara dan masyarakat harus peduli, ia berharap film ini bisa menggugah hati semua lapisan masyarakat.
"Karena dari pihak masyarakat sendiri banyak yang gak tahu dan gak peduli, terutama keluarga orang yang masuk penjara, itu kebanyakan tidak bisa bertanggung jawab dan tidak mau bertanggung jawab, sehingga masyarakat harus peduli, terutama negara," ujarnya.
Lamtiar berharap bisa menemukan solusi baru yang terbaik dari permasalahan yang ada di dalam film dokumenter 'Invisible Hopes'.
Film 'Invisible Hopes' akan tayang di bioskop pada bulan Mei 2021 mendatang.