Palembang, Sonora.Id - Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI terus berupaya menjalin sinergi dengan para pemangku kepentingan untuk menguatkan sisi hulu literasi. Penguatan sisi hulu literasi harus dilakukan agar sisi hilir literasi yakni budaya baca dan indeks literasi mengalami peningkatan.
Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas Deni Kurniadi menjelaskan penguatan pada sisi hulu yakni peran negara (eksekutif, legislatif, yudikatif, TNI/Polri), pengarang/penulis buku, penerbit/perusahaan rekaman, dan penerjemah/penyadur sangat dibutuhkan untuk menjamin terbitnya regulasi yang mengatur distribusi bahan bacaan untuk memperkecil ketimpangan antarwilayah serta tersedianya anggaran belanja buku di setiap daerah.
“Kita lihat juga bagaimana jumlah penduduk di Indonesia yang sebanyak 268 juta yang dibandingkan dengan jumlah bahan bacaan yang dimiliki oleh oleh perpustakaan umum (daerah) di Indonesia hanya 22.318.083 eksemplar. Jadi rasionya adalah 0,098. Jadi ini adalah tugas bersama, karena kalau kita bicara tentang pembudayaan kegemaran membaca merupakan tugas pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat,” jelasnya dalam gelar wicara Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat di Sumatera Selatan yang diselenggarakan Perpusnas dan Dinas Perpustakaan Sumsel di Palembang, Sumsel, pada Kamis (8/4/2021). Kegiatan ini digelar secara hybrid dan diikuti 2.000 peserta secara virtual.
Untuk menjangkau seluruh lapisan masyarakat di Indonesia, Perpusnas menyediakan layanan daring yang bisa diakses setiap saat dan bebas biaya. Layanan yang disediakan di antaranya perpustakaan digital iPusnas, laman jurnal elektronik di e-Resources, serta laman yang berisikan naskah kuno Nusantara yakni Khastara.
Untuk mendukung terciptanya masyarakat dengan indeks literasi tinggi, Perpusnas menjalin kerja sama dengan pemerintah daerah dan perguruan tinggi. Pada kesempatan tersebut, dilakukan jalinan nota kesepakatan antara Perpusnas dengan Pemerintah Provinsi Sumsel dan 17 perguruan tinggi di Sumsel di antaranya Universitas Katolik Musi Charitas dan Universitas Baturaja.
Wakil Gubernur Sumsel Mawardi Yahya menyatakan perpustakaan merupakan hal yang esensial, sumber ilmu, dan menyimpan sejarah bangsa yang bernilai. Dia menyayangkan karena ada beberapa kabupaten/kota yang menganggap perpustakaan tidak penting. “Maka sebab itu, ini tantangan bagi kita semua yaitu kalau setiap kelembagaan tidak menyediakan perpustakaan, saya kira bukan salah masyarakat,” ujarnya.
Bahkan menurut Mawardi, di beberapa kabupaten/kota di Sumsel tidak diketahui di mana bangunan perpustakaannya. Yang dikenal hanya kantornya saja. “Yaitu tugas kita semua mengingatkan bupati, kepala daerahnya di setiap kabupaten. Apalagi kadang-kadang mobil perpustakaan keliling, tidak ada. Sebab itu, bagaimana akan sukses yaitu semangat ini apabila kita tidak sediakan fasilitasnya. Ini menjadi tugas kita bersama ke depan,” tuturnya.
Sementara itu, Duta Literasi Sumsel Percha Leanpuri menjelaskan literasi bukan sekadar membaca dan menulis. Menurutnya, literasi adalah memahami apa yang dibaca dan didengar untuk menjadi dasar dalam memecahkan masalah sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang unggul. “Literasi juga ditransformasikan dengan kegiatan-kegiatan yang produktif. Kita sekarang bukan hanya hadir memberikan bahan bacaan tapi juga memberikan skill kepada masyarakat,” jelasnya.
Pembudayaan kegemaran membaca bisa dilakukan melalui tiga hal yakni keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat. Dia menilai, ibu bisa memainkan perannya sebagai duta literasi keluarga. Sebagai ibu, Percha mengaku berusaha menanamkan kegemaran membaca kepada buah hatinya. Dia pun mendorong para ibu untuk meningkatkan perannya di tengah gempuran teknologi dan menariknya gawai.
“Karena ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Tinggal bagaimana ibu di rumah dalam memilih dan memilah, apalagi seorang ibu harus tahu bagaimana menyeting konten-konten yang tidak seharusnya ditonton oleh anak-anak. Jadi, perhatian dari duta literasi keluarga sangat menunjang bagi generasi muda,” urai perempuan yang juga legislator Komisi XI DPR RI ini.
Selama menjalankan tugas sebagai duta literasi, dia sudah menyambangi 17 kabupaten/kota di Sumsel. Dia melihat, semangat untuk membaca masyarakat sangat tinggi. Percha berharap dukungan dari DPRD Sumsel dan Perpusnas untuk membangun gedung perpustakaan yang baru dan modern.