Pasalnya, iklan adalah jeda antara satu segmen dengan segmen selanjutnya, jadi ketika sang anak sedang konsentrasi menonton sebuah tayangan, konsentrasi tersebut dipaksa untuk terhenti pada saat iklan muncul.
Kebiasaan menonton dengan adanya jeda atau iklan tersebut akan membentuk kinerja otak atau kebiasaan anak untuk konsentrasi hanya dalam jangka waktu tertentu.
“Kemudian hari, karena si anak otaknya sudah terpola, sekian lama dia jeda, sekian lama dia jeda, maka otak akan terbiasa melakukan jeda,” sambung dr. Santi menegaskan.
Baca Juga: 6 Faktor Pembentuk Kehidupan Anak, Dokter: Ada Internal dan Eksternal
Jadi, hal ini memungkinkan terjadi pada saat anak sudah masuk pada lembaga pendidikan atau sekolah, anak cenderung akan mendengarkan guru dalam jangka waktu tertentu saja dan memberikan jeda di dalam otaknya.
“Dia dengerin gurunya, terus dia agak nge-blank dikit. Tapi ini penelitiannya masih kecil, benar atau tidak? Kita butuh penelitian yang lebih besar untuk menjawab ini,” ungkap dr. Santi.
Baca Juga: Memahami Kelainan Tulang pada Anak, Orang Tua Wajib Tahu