Palembang, Sonora.ID - Komunikasi ke desa-desa rawan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) dinilai menjadi kunci penanganan Karhutla di Sumatera Selatan.
Hal ini diungkapkan, Pengamat komunikasi lingkungan dari Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang Dr. Yenrizal, Senin (31/05).
“Dibanding mempersiapkan diri untuk memadamkan api, melakukan komunikasi dan pemberdayaan masyarakat desa jauh lebih besar dampaknya dalam penanganan karhutla di Sumsel,” katanya.
Yenrizal menambahkan, di Sumsel sendiri upaya komunikasi yang telah dilakukan masih belum optimal karena belum mengakomodasi kebutuhan masyarakat sepenuhnya sehingga perilaku membakar lahan masih terjadi.
Baca Juga: Hadapi Musim Kemarau, Kalsel Gelar Simulasi Siaga Bencana Karhutla
“Perilaku tersebut sulit dihentikan meski sudah ada orang-orang yang ditangkap kepolisian, karena perilaku membakar lahan telah menjadi kebiasaan dan kebutuhan masyarakat di desa-desa sekitar hutan maupun lahan gambut,” ujarnya.
Menurutnya, hal ini dikarenakan larangan pembakaran lahan dari pemerintah kurang diimbangi dengan solusi yang efektif dan maksimal agar masyarakat tidak membakar lahan, seperti kurangnya penyediaan alat untuk membuka lahan maupun pemberdayaan lain yang benar-benar bisa menjadi alternatif pendapatan ekonomi.
Selain itu komunikasi yang terjalin antara pemerintah dan masyarakat desa-desa rawan lebih banyak pada pengetahuan terkait upaya deteksi dini titik api.
Oleh karena itu, guna memperkuat pencegahan karhutla, dirinya pun mendorong para pemangku kepentingan di Sumsel melakukan inovasi penanganan karhutla dengan pola strutkur yang jelas dan komperhensif, serta kunci utama hendaknya diposisikan pada desa-desa.
Baca Juga: Hotel di Palembang Dijual Online, PHRI Sumsel : Bukan Imbas Pandemi