Lebih lanjut, dirinya mengatakan daerah yang memiliki lahan gambut seperti OKI, Muba, OKU dan Muaraenim cukup significan untuk terjadinya kebakaran lahan.
“Per 1 April, gubernur sudah mengeluarkan SK tanggap darurat karhutla dan sudah apel siaga. Seluruh stake holder siaga karhutla. BMKG juga masuk satgas terutama satgas udara, memantau keberadaan titik api dari satelit dan memberikan informasi kepada masyarakat melalui kanal-kanalnya. Masyarakat hendaknya selalu memperhatikan informasi dari pemerintah dan BMKG. Puncak kemarau di bulan Agustus – September, masyarakat perlu mewaspadai akan semakin banyak muncul titik api atau hotspot. Masyarakat juga perlu memperhatikan daerah yang sulit air agar membuat cadangan air sehingga tidak mengalami krisis air,” tukasnya.
Baca Juga: Kena Imbas Pandemi, Industri Properti Alami Musim Kemarau Panjang
Harapannya tidak ada asap, bila terjadi asap masyarakat dihimbau menggunakan masker karena berbahaya.
Bulan Juni masuk musim kemarau, hujan berkurang, masyarakat perlu mengantisipasi karhutla.
Jangan membakar karena bisa berurusan dengan pidana dan akan berdampak luas.
Masyarakat dapat mengupdate informasi tentang hotspot, cuaca dan iklim di media sosial dan website milik BMKG.
Baca Juga: Tahun ini Sumatera Selatan Diprediksi Aman dari Bencana Karhutla