Kepala Perpusnas : Peran Ibu Sangat Sentral Dalam Gerakan Literasi Anak

8 Juni 2021 12:19 WIB
Kepala Perpusnas Muhamad Syarif Bando menekankan peran penting ibu dalam upaya gerakan literasi anak.
Kepala Perpusnas Muhamad Syarif Bando menekankan peran penting ibu dalam upaya gerakan literasi anak. ( Perpusnas)

Jakarta, Sonora.Id - Era teknologi informasi adalah momentum kebangkitan peran perempuan dalam mewujudkan emansipasi, yaitu kesetaraan.

Perempuan berada di barisan terdepan sebagai penggerak utama pembangunan dan perubahan sebuah bangsa. Sebab, perempauan memiliki peran strategis baik dalam politik negara, maupun keluarga dalam mempersiapkan generasi emas bangsa Indonesia.

Hal tersebut disampaikan Kepala Perpustakaan Nasional RI, Muhammad Syarif Bando, mengawali sambutannya pada Rapat Koordinasi Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak (DRPPA) Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP-PA) yang diselenggarakan di Gedung Perpusnas RI, Selasa, (8/6/2021)

“Teknologi informasi yang semakin terjangkau, memudahkan kaum perempuan untuk terus belajar sepanjang hidupnya (long life education) tentang banyak hal tanpa berbatas waktu, jarak, dan juga usia,” kata Syarif Bando.

Menurut Syarif jika perempuan semakin kaya dengan ilmu pengetahuan dan informasi, ia akan semakin berkualitas. Akan semakin besar kontribusi yang bisa ia berikan bagi masyarakat dan negeri ini, dimulai dari dalam keluarga yaitu anak.

Potensi ini sangat besar, karena secara alamiah, perempuan mampu mengeluarkan sekitar 20.000 kata per hari, 13.000 kata lebih banyak dibandingkan pria.

“Berdasarkan data bahwa kaum laki-laki hanya menyampaikan sekitar 7.000 kata dalam sehari,” katanya.

Kebutuhan berbicara, mengeluarkan isi hati maupun menyampaikan rasa lewat kata ibarat dua sisi mata uang pada diri perempuan. Di satu sisi, menjadi kekuatan, sementara di sisi lain menjadi kelemahan.

“Bayangkan, jika perempuan yang secara natural berbicara lebih banyak dari laki-laki tidak dibekali dengan literasi yang cukup?,” tanya dia.

“Sayang, akibat rendahnya literasi, terutama literasi digital, akan membuat perempuan cenderung jadi penyebar berita bohong. Ketidakmampuan membedakan berita bohong dan yang mencerdaskan akan membuat perempuan rentan jadi penyebar hoaks,” tambah Bando.

Mendidik dan mengasuh anak, mengurus keluarga, dan berkarya di masyarakat adalah hal-hal yang memang harus dilakukan perempuan. Itu butuh literasi. Perempuan harus memiliki kemampuan literasi agar mereka dapat berperan lebih jauh dalam melaksanakan kewajiban dan mengklaim hak-hak mereka sebagai perempuan dan warga negara.

“Betapa manusia tak berdaya tanpa literasi. Karena itu, kita bisa melihat betapa pentingnya peran seorang ibu untuk pemberdayaan ini, terutama membangun kesadaran anak untuk tumbuh dan berkembang,” katanya.

Literasi yang dimaksud bukan sekedar kemampuan membaca, menulis menghitung dan mengetahui sebab akibat, akan tetapi literasi adalah kedalaman pengetahuan seseorang terhadap suatu subyek keilmuan yang memiliki dampak pada peningkatan kualitas hidup.

“Maka, literasi harus hadir sampai kepada desa dan terus diupayakan ditingkatkan terutama di daerah-daerah yang memiliki potensi baik daerah 3T (terdepan, terpencil dan terluar),” tutup Bando.

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm