Foto : Gubernur Jabar Ridwan Kamil Saat Melakukan Kunjungan Ke RS Al Ihsan dan RSUD Otista di Kab. Bandung, Sabtu (19/6/2021). (
)
Apabila setiap rumah sakit mengalami peningkatan keterisian tempat tidur, walaupun sudah dinaikkan menjadi 40 persen, maka Jabar akan siapkan rumah sakit darurat guna mengantisipasi lonjakan tersebut.
“Jadi urutannya begini. Urutannya adalah dari 20 persen yang dialokasikan sekarang kebijakannya dinaikkan menjadi 30 persen. Kalau masih kurang dinaikkan lagi ke 40 persen. Sampai betul-betul tidak memungkinkan barulah masuk ke tahap berikutnya yaitu membuat rumah sakit darurat,” jelasnya.
Tak hanya itu, Gubernur akan memanfaatkan gedung baru RSUD Otto Iskandardinata yang berada di Soreang, Kabupaten Bandung untuk dijadikan tempat perawatan pasien COVID-19.
“Memang awal rencananya yang Covid-19 di rumah sakit lama di Soreang, rumah sakit umum Soreang pindah ke sini (RSUD Otista). Tapi mengingat urgensi waktu tinggal dua minggu menurut statistik kedaruratan ini saya menyarankan ke Bupati agar ini langsung saja untuk pasien Covid-19,” katanya.
“Mudah-mudahan dengan strategi penambahan ini, bisa mengurangi tekanan terhadap rumah sakit,” harapnya.
Adapun fasilitas yang tersedia di RS baru tersebut, menurutnya sangat memadai. Sudah ada fasilitas kasur untuk tempat tidur pasien, ruangannya pun masih bersih.
“Karena rumah sakit baru tentu fasilitas kasur sudah ada, bednya memadai, tinggal alat kesehatan yang berhubungan. COVID-19 ini rata-rata tidak terlalu membutuhkan alat khusus terkecuali kelompok yang masuk ICU yang nanti akan ada tambahan dari Pemprov akan mengupayakan SDM sementara di gedung baru ini,” ungkapnya.
Pemprov Jabar pun telah bekerja sama dengan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) untuk mengisi kekurangan tenaga kesehatan di RS yang rujukan pasien COVID-19 dan juga RS baru di Soreang.
“Kemarin kita sempat memberhentikan 500 relawan nakes karena pas salat Idul Fitri itu keterisian rumah sakit se-Jabar hanya 29 persen. Maka relawan-relawannya kami pulangkan dulu. Nah sekarang kita panggil lagi karena memang kondisinya seperti ini,” cetusnya.
Gubernur mengingatkan konversi tempat tidur ke pasien Covid-19 tetap dampak risiko penurunan layanan bagi pasien non-Covid19, seperti kecepatan layanan dan kesediaan nakes di saat bersamaan.
“Risikonya tinggi bagi pasien non-Covid-19, apalagi memasuki musim pancaroba yang trennya juga sedang naik,” sebut Ridwan Kamil.
Untuk itu Gubernur mengimbau warga untuk mematuhi protokol kesehatan 5M. Dengan semakin sedikit pasien Covid-19 masuk rumah sakit, semakin leluasa kamar untuk semua pasien.