Menurutnya, kebutuhan ini akan terus meningkat terutama jika penggunaan kendaraan listrik sudah semakin banyak. Sebagai contoh, kebutuhan soda ash di Tiongkok terus meningkat hingga 2 juta ton per tahun. Oleh karena itu, dia berharap Indonesia mampu memenuhi kebutuhan soda ash sendiri sehingga tidak perlu impor lagi.
"Kita rindu memiliki industri kimia soda ash. Kita mampu mewujudkannya, mengingat Indonesia memiliki bahan baku dan sumber daya manusia yang kompeten," tegas Hari.
"Kita punya resources yang kuat, kita punya banyak SDM yang mumpuni. Tapi kenapa mencari mudahnya saja dengan memilih impor," katanya lagi.
Hari menambahkan, saat ini terdapat pabrik kaca terbesar di Batang Jawa Tengah yang tentunya membutuhkan soda ash dalam jumlah yang besar.
"Alangkah baik nya kalau pabrik kaca ini soda ash-nya disuplai dari dalam negeri. Agar memberi nilai tambah, menghemat devisa, membuka lapangan kerja, dan banyak sekali keuntungannya," ucapnya.
Hari menyebut bahwa industri kimia termasuk soda ash pernah dibangun pada 1990-an.
"Ada kendala, saat krisis ekonomi 1998. Pernah juga dibangun di NTT yang dekat dengan sumber garam (bahan baku soda ash), tetap tak bisa juga," katanya seraya kembali menyebut Indonesia kaya akan bahan baku soda ash.