“Jadi, obat-obat yang dipakai, itu adalah obat-obat yang dianggap cukup ampuh. Tapi bahwa pasti mengobati? Pasti dalam penelitian. Kalau ditanya gejalanya dulu diobati baru virusnya, sebenarnya sih bareng-bareng diobatinya,” sambung dr. Santi.
Ketika seseorang terpapar virus corona dan mendapatkan pantauan langsung dari dokter, dr. Santi menyatakan bahwa biasanya dokter akan memberikan obat anti virus dan diberikan obat-obatan yang sesuai dengan gejalanya.
Karena Covid-19 ini menunjukkan gejala yang berbeda pada setiap orang yang terpapar, maka memungkinkan adanya perbedaan obat antara pasien yang satu dengan yang lain.
Baca Juga: WHO Tidak Rekomendasikan Remdesivir untuk Mengobati Covid-19
“Ada orang yang batuk, pilek. Ada orang yang batuknya tidak, pileknya tidak, tapi dia diare, mual-mual sedikit, atau beberapa sakit kepala dan merasa lemas. Jadi obat-obat yang diberikan adalah obat-obat yang disesuaikan dengan gejala yang diderita,” tegasnya.
Dalam kesempatan tersebut juga dr. Santi tidak membenarkan adanya informasi dari grup WhatsApp yang mendata obat-obatan yang dianggap ampuh untuk atasi Covid-19.
“Kalau tidak batuk, enggak perlu dikasih obat batuk. Jadi, obat disesuaikan dengan gejala, enggak bisa dipukul rata,” ungkap dr. Santi.
Baca Juga: Obat Covid-19 Hasil Racikan Holding BUMN Farmasi Siap Digunakan