Kedua, sajian seni budaya yang digelar selama PKB, yaitu Peed Aya (Pawai), Rekasadana (Pergelaran), Kandarupa (Pameran), Utsawa (Parade), Wimbakara (Lomba), Kriyaloka (Lokakarya), Widyatula (Sarasehan), dan Adi Sewaka Nugraha (Penghargaan Pengabdi Seni), dapat menjadi media kelangenan bagi masyarakat.
Masyarakat Bali yang jenuh dengan pekerjaan dan rutinitas sehari-hari perlu diberikan hiburan segar agar terjadi keseimbangan kinerja otak kanan dan otak kiri.
Dalam kaitan inilah seni dapat berperan sebagai latta mahosadi atau obat mujarab, pelepas lelah, dan mengurangi stres.
Ketiga, selain untuk membangun kepribadian dan kelangenan, seni juga diharapkan menjadi media pengembangan basis perekonomian masyarakat Bali.
Baca Juga: Nekat Beroperasi Melewati Pukul 20.00, Walikota Peringatkan Satu Pengelola Minimarket
Ekonomi Bali yang berdaulat, selain bersumber dari alam seperti tanah, gunung dan laut juga bersumber dari kreativitas seniman.
Hasil-hasil karya kreatif seniman Bali harus dikelola agar dapat memberi penghidupan bagi seniman dan masyarakat. Sebagai contoh industri kecil dan menengah (IKM) Bali yang mulai menggeliat.
Selain itu, Gubernur Koster juga mengatakan bahwa Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali menjadikan kebudayaan sebagai hulu pembangunan Bali, sebab dengan membangun kebudayaan akan menimbulkan dampak sistemik terhadap pembangunan bidang lainnya.
Baca Juga: PPKM Darurat, Tim Yustisi Denpasar Temukan 14 Pelanggar Prokes
Selama ini Kebudayaan Bali dipelihara dengan baik oleh masyarakat melalui desa adat dan berbagai organisasi profesi (sekaa). Kini masyarakat Bali sedang dalam perubahan cara dan sikap hidup akibat globalisasi dan persentuhan dengan dunia luar, dikhawatirkan hal ini akan merubah paradigma mereka dalam memandang kebudayaan.