Sementara itu, aktivis perpustakaan ramah anak dan perpustakaan sekolah Kuswanto menyebut buku karya Blasius Sudarsono merupakan kristalisasi dari 33 tahun pengalaman pribadi Blasius dan pengalaman professional. Menurut pengamatannya, buku ditulis berlandaskan experiental knowledge. “Jadi sebenarnya, experiental vs professional itu digunakan pak Blasius untuk membandingkan pengalaman praktek ketika di LIPI, dengan pengalaman profesional yang scientific,” jelasnya.
Dalam kesimpulannya, buku tersebut menggambarkan kebutuhan akan konsep kepustakawanan Indonesia, cukup mendesak. Dia sependapat dengan hal tersebut. Dia mencontohkan, kondisi literasi masyarakat Indonesia yang disebut rendah. Konsep kepustakawanan dinilai bisa berkontribusi dalam menjawab hal tersebut.
Sementara itu, Kepala Biro Hukum, Organisasi, Kerja Sama, dan Hubungan Masyarakat Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI Sri Marganingsih menjelaskan diskusi buku diselenggarakan dalam rangka memperingati dua tahun Perpusnas Press. Melalui diskusi dan bedah buku, pembaca atau masyarakat dapat mengetahui dan memahami pemikiran Blasius Sudarsono.
“Beliau adalah pemerhati kepustakawanan yang tidak pernah mengenal lelah dalam pemikiran kemajuan bidang kepustakawanan. Tidak semua pustakawan memiliki pribadi kepustakawanan dan orang yang memiliki pribadi kepustakawanan hanyalah orang yang memiliki spirit of life, demikianlah kata-kata yang sering terlontar dari Pak Dar,” jelasnya memaparkan sosok Blasius Sudarsono.
Sri Marganingsih menambahkan diskusi buku dan webinar kepenulisan akan diselenggarakan pada Rabu, 28 Juli 2021 dan Kamis, 29 Juli 2021. Ini masih dalam rangkaian peringatan dua tahun Perpusnas Press. Semua kegiatan diselenggarakan secara virtual dan dapat diakses masyarakat melalui laman media sosial Perpusnas.