Selain melakukan PE, tempat tinggal penderita Leptospirosis serta lingkungan sekitar juga dicek pengelolaan sanitasinya. Winarno mengatakan, kasus Leptospirosis itu muncul ketika musim penghujan kemarin. Meski begitu, masyarakat juga harus menjaga kebersihan di lingkungan sekitar dan juga lingkungan di dalam rumah.
Sebaiknya masyarakat harus mengenali gejala Leptospirosis terlebih dahulu guna untuk menghindari atau meminimalisir potensi kematian akibat virus tersebut. Biasanya gejala yang timbul bisa berupa demam, mata kuning, serta gejala yang khas yaitu nyeri di betis. Jika masyarakat ada yang memiliki gejala tersebut lebih baik langsung berobat ke dokter.
Ketika memeriksakan diri lebih baik tidak berganti dokter, agar memudahkan dalam pemantauan selama proses pengobatan berlangsung. Di semua puskesmas yang ada di Kabupaten Karanganyar sudah disediakan obat untuk penyakit Leptospirosis tersebut.
Meski begitu masyarakat tidak perlu khawatir, sebab bakteri leptospa hanya menyebar melalui tikus yang positif leptospirosis. Masyarakat juga dihimbau agar tidak membuang tikus yang mati dijalanan atau disembarang tempat agar tidak menimbulkan kasus baru lagi, terutama disaat musim penghujan.
"Kebanyakan itu berasal dari tikus yang terinfeksi bakteri leptospira. Kalau pengelolaan sampah tidak baik, tikus terkadang masuk ke rumah dan kencing di mana-mana. Di lantai, di meja. Kalau itu terkena luka bisa berpotensi terinfeksi," jelas Winarno.
Baca Juga: Sering Kencing Setelah Sahur, Kira-kira Apa Penyebabnya?