Sonora.ID - Menurut sebuah penelitian, kekerasan psikologis dari orang tua terkait dengan masalah kesehatan mental pada anak-anak mereka ketika mereka tumbuh dewasa.
Menciptakan lingkungan rumah yang toxic atu tidak baik, di mana anak-anak Anda seharusnya merasa aman dan damai, dapat merusak mental mereka dalam jangka panjang.
Mengenali tanda-tanda orang tua yang toxic adalah langkah pertama untuk mengetahui bagaimana menghindarinya mulai dari sekarang dan di masa depan.
Kami percaya bahwa sebagai orang tua kita tidak pernah berhenti belajar untuk menjadi lebih baik dalam pekerjaan yang sangat menuntut ini.
Jadi kami berharap Anda akan mempelajari sesuatu yang baru yang berpotensi membantu Anda memiliki rumah yang lebih damai seperti dilansir dari Bright Side.
Baca Juga: Studi Membuktikan Anak Akan Tumbuh Menjadi Pembohong, Jika Didikan Orang Tua Terlalu Keras
Berikut ini 8 tanda bahwa Anda adalah orang tua yang toxic:
Sebagai orang tua, pasti kita memperhatikan perbedaan perilaku, temperamen, dan bahkan pola pikir anak-anak secara umum. Namun, menurut pakar parenting Dr Justin Coulson, sebaiknya hindari hal tersebut.
Anak-anak yang terus-menerus dibandingkan dengan saudara kandung atau orang lain, mereka akan mendasarkan harga dirinya pada hal itu, yang mungkin juga akan melemahkannya, serta mengurangi motivasi dan meningkatkan rasa cemas, yang dapat memengaruhi cara anak itu menangani apa pun dalam hidup. Anak itu akan menjadi kurang percaya diri.
Kita semua memiliki masalah pribadi, dan mungkin akan lebih sulit untuk ditangani jika kita juga memiliki anak yang harus diurus.
Sebaiknya, berbicara lah dengan mereka dan tunjukkan kepada mereka dengan cara yang sehat untuk mengekspresikan emosi kita, tetapi kita harus menghindari membebani mereka dengan "urusan" pribadi kita sendiri.
Kita seharusnya tidak meminta bantuan emosional kepada anak-anak kita dan membiarkan mereka tetap menjadi anak-anak.
Kita seharusnya tidak pernah melampiaskan rasa frustrasi kita pada seseorang yang tidak pantas mendapatkannya, terutama jika mereka bukan alasannya, dan terutama jika mereka adalah anak-anak kita.
Kita tidak boleh membuat anak-anak kita merasa bahwa sesuatu yang bukan salah mereka adalah kesalahan mereka. Sebaliknya, kita harus mengenali emosi kita dan alasan di baliknya dan memberi diri kita ruang dan waktu untuk menenangkan diri.
"Kamu akan baik-baik saja nak," adalah respons yang populer yang sering digunakan ketika kita ingin meyakinkan anak kita. Mungkin tampak bagus untuk dikatakan, tetapi sebenarnya tidak.
Kita harus belajar untuk berhenti mengabaikan perasaan anak-anak kita dan sebaliknya menerimanya, membicarakannya, dan menawarkan solusi untuk masalah mereka, sekecil apa pun yang terlihat.
Kita tidak bisa melupakan bahwa emosi yang mereka rasakan itu nyata, dan terkadang mereka membutuhkan lebih dari sekadar Anda mengatakan, “Tidak apa-apa.” Atau bahkan malah memarahinya.