Menurutnya, hal tersebut dilakukan guna mengetahui penyebab pasti apa yang membuat warna air berubah. Apakah ada kandungan zat tertentu yang terlarut dalam air atau hanya pengaruh perubahan fitoplankton serta tumbuhan yang ada di dasar sungai.
"Makanya kita ambil sampel air di permukaan, tengah dan dasar sungai, untuk hasil pastinya akan kita ketahui setelah uji lab selesai," ungkapnya.
"Walau pengambilan sampel pertama kemarin itu warna airnya putih. Jadi kemungkinan warna hijau yang terlihat itu merupakan pantulan warna dasar," tukasnya.
Mangan 0,3 mg per liter. Di tahun kemarin oksigen terlarut memang rendah di saat musim-musim seperti sekarang, yakni sekitar 1 mg. Sedangkan normalnya untuk air sungai adalah 6 mg per liter.
"Tahun ini lebih rendah kadar oksigen terlarutnya, karena di tahun kemarin itu 2 mg, namun kondisi ini sebenarnya fluktuatif (bisa berubah kapan saja). Sampai sekarang Kita masih belum tau penyebab pasti penurunan kadar oksigen terlarut air ini. Makanya perlu penelitian lebih lanjut," pungkasnya.
Baca Juga: Serapan Anggaran Pemko Banjarmasin Rendah. Potensi SILPA Masih Tinggi
Sementara itu, salah satu petugas UPT Laboratorium Lingkungan, DLH Banjarmasin, yang mengambil sampel di aliran sungai tersebut, Nofianor Elferianto menjelaskan, pengambilan sampel ini dilakukan sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).
Baca Juga: Menunggu Sinovac yang Datang ke Banjarmasin Moderna, Ini Bedanya
"Sesuai permintaan, sampel yang kita ambil tadi hanya air sungai di bagian kiri dan kanan. Tepatnya setengah dari kedalaman sungai," ujarnya.
Menurut pengamatannya, kondisi perubahan warna air sungai yang sekarang ini terjadi masih dalam kondisi aman. Walaupun warna asalnya memang keruh dikarenakan di bagian hulu sering terjadi hujan.
"Tapi untuk memastikan kandungan air ini aman atau tidaknya untuk dikonsumsi, kita harus menunggu hasil uji labnya dulu," tuntasnya.