Jakarta,Sonora.Id - Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto meminta sektor perbankan untuk turut berperan aktif dalam membantu pembiayaan sektor hulu migas.
Menurut Dwi bantuan sektor perbankan ikut mendorong hulu migas dalam mengejar target produksi sebesar satu juta barel minyak per hari (bopd) pada 2030 mendatang.
Hal tersebut disampaikan Dwi Soetjipto saat menjadi Keynote Speaker dalam diskusi yang berlangsung secara daring bertajuk "Peran Perbankan Nasional di Industri Hulu Migas" di Jakarta, Kamis (19/8/21).
"Harapan kami sektor perbankan nasional turut serta membantu dari sisi pembiayaan. Apalagi sektor migas ini sangat potensial di masa mendatang," kata Dwi
Mantan Dirut Pertamina itu menambahkan Indonesia membutuhkan investasi yang besar untuk mencapai target produksi satu juta barel minyak dan gas 12 milliar kaki kubik per hari (BSCFD) pada 2030. Nilai investasinya tak main main yakni sebesar 187 milliar dollar AS atau sekitar 2.711 trilliun rupiah.
Indonesia menurut Dwi memiliki 128 cekungan migas, yang mana dari jumlah itu baru 21 cekungan yang baru berproduksi, 38 cekungan dalam tahap ekplorasi sementara 70 cekungan masih belum tersentuh.
"Karena itu dibutuhkan kerja sama dari banyak sektor termasuk perbankan nasional," tambahnya.
Meskipun dalam bauran energi nasional peranan sektor migas terus berkurang tetapi secara volume kebutuhannya terus meningkat, sehingga tetap dibutuhkan investasi dan eksplorasi.
Berdasarkan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) kebutuhan tahun 2050 yang berasal dari minyak mencapai 3,9 juta barel per hari atau meningkat 139 persen dari saat ini dan gas mencapai 26.112 MMSCFD atau 298 persen dari saat ini.
Hadir dalam diskusi tersebut turut hadir sebagai narasumber selain Dwi Soetjipto, Arief Setiawan Handoko, Deputi Keuangan dan Monetisasi SKK Migas, Agus Noorsanto, Direktur Kelembagaan dan BUMN Bank BRI, Florentina Hatmi, VP Finance dan Support Services ExxonMobil Cepu, Desiantien, Direktur Keuangan dan Administrasi PT Pertamina Drilling Services Indonesia dan Mamit Setiawan, Direktur Executive Energy Watch.