Upaya lain adalah menggenjot percepatan vaksinasi dengan bersinergi bersama pihak swasta, aparat, dan masyarakat. Saat ini, cakupan vaksinasi di Kudus adalah 24 persen untuk dosis 1 dan 20 persen untuk dosis lengkap.
Terkait distribusi vaksin ke daerah, saat yang sama Juru Bicara Vaksinasi Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi, menjelaskan bahwa pembagian vaksin dilakukan dengan banyak pertimbangan, di antaranya jumlah penduduk, laju penularan, serta varian virus yang beredar.
Pemerintah berkomitmen, ketersediaan vaksin akan terus ditingkatkan. Melalui koordinasi dengan daerah, pembagian sasaran dan prioritas vaksin juga diatur dengan cermat.
Mengenai proteksi kondisi Tenaga Kesehatan (Nakes) di Kudus pada saat lonjakan kasus, Nadia menegaskan bahwa mereka telah 100% mendapatkan suntikan vaksin.
Sebanyak 90 persen nakes dengan kasus positif di Kudus saat itu, tidak memiliki gejala berat dan sekarang sudah beraktivitas kembali. Bagi mereka, pemerintah juga menyiapkan vaksin booster sebagai perlindungan tambahan.
Sementara Wakil Direktur Pendidikan dan Penelitian RS UNS Surakarta, dr. Tonang Dwi Ardyanto memaparkan beberapa hal yang menjadi pelajaran dari peristiwa di Kudus, bahwa lonjakan kasus Covid-19 bisa terjadi di kota kecil tanpa akses transportasi besar seperti bandara atau pelabuhan.
Selain percepatan vaksinasi, menurut dr. Tonang penguatan testing dan tracing juga harus selalu dijaga kendati jumlah kasus sedang tidak tinggi. Tujuannya, agar perkembangan kasus dapat terdeteksi lebih dini sehingga segera tertangani.
Pihaknya pun menyatakan jika kemajuan penanganan Covid-19 di Indonesia wajib disyukuri.
“Sebagai wujud rasa syukur, kita harus dapat belajar dari pengalaman yang lalu, agar tidak terjadi lagi,” ujarnya. (*Adv)
Baca Juga: Antisipasi Lonjakan Kasus, RSUD Wangaya Tambah Daya Tampung Ruang Rawat Khusus Covid-19