Tren Gaya Hidup Ramah Lingkungan, Benarkah Tak Timbulkan Efek Samping?

13 September 2021 10:50 WIB
Ilustrasi lingkungan yang kering dan asri
Ilustrasi lingkungan yang kering dan asri ( Unsplash)

Beberapa dari kamu mungkin hidup di keluarga yang sedari awal mampu untuk membeli stainless straw yang katanya dapat ‘menjaga lingkungan’.

Di sisi lainnya, beberapa dianggap tidak berkontribusi terhadap lingkungan hanya karena tidak mampu membeli stainless straw.

Dampaknya adalah isu lingkungan menjadi isu kelas menengah saja.

Ada kecenderungan bahwa kelas sosial-ekonomi rendah tidak dapat berkontribusi bagi lingkungan karena mereka secara finansial tidak mampu membeli barang-barang yang dilabeli eco-friendly.

Selain itu, kita juga tahu tren membawa tas belanja sendiri atau goodie bag ketika berbelanja.

Pun ini bukan lagi sebatas tren, melainkan kebijakan pemerintah yang sudah terimplementasi cukup baik.

Tentunya ini perlu diapresiasi dan terus digalakkan namun tidak berarti kita harus berhenti melihat paradoksnya.

Sadar kah kamu bahwa goodie bag menjadi komoditas yang dijual secara terus menerus oleh swalayan?

Di satu sisi ini merupakan hal yang baik, terutama bagi kamu yang mungkin kelupaan membawa tas sendiri saat berbelanja.

Tapi sisi lainnya, secara tidak sadar ini memanjakan kita untuk lupa membawa tas belanja sendiri karena kita merasa swalayan akan selalu menyediakan goodie bag yang secara mudah dapat kita beli.

Baca Juga: Perlunya Belajar Jadi Pribadi yang Minimalis Saat Resesi Menyerang

Implikasinya adalah kita membeli sekaligus menumpuk barang yang kemungkinan besarnya sudah kita miliki.

Kondisi-kondisi seperti ini yang memungkinkan untuk mendorong industri terus memproduksi goodie bag.

Padahal goodie bag ini lagi-lagi diproduksi dari kayu sehingga harus mengorbankan pohon.

Ini merupakan logika dasar ekonomi, bahwasanya industri dan/atau pasar juga mengikuti tren atau kebutuhan konsumen.

Jika sebagai konsumen kita tidak begitu bijak, maka kita sendiri menjadi pihak yang menciptakan budaya tidak ramah lingkungan.

Hal ini dikarenakan kita lah yang mengarahkan para produsen untuk mengekstrasi sumber daya alam demi memenuhi kebutuhan kita.

Dengan kata lain, kita membentuk tren pasar yang tidak ramah lingkungan.

Apa yang dapat kita simpulkan dari ini semua adalah, tren gaya hidup ramah lingkungan seringkali diidentikkan dengan ‘membeli barang’ ketimbang mendorong seseorang untuk menjadi ‘minimalis’.

Pada dasarnya, filosofi lingkungan menekankan unsur ‘minimalis’ baik dalam kegiatan produksi dan konsumsi.

Baca Juga: Hidup Sehat dengan Rutin Berolahraga untuk Menaikkan Imun

Produksi dan konsumsi adalah kegiatan yang wajar namun yang perlu diperhatikan adalah ‘seberapa besar ekstraksi sumber daya lingkungan dari kegiatan tersebut’.

Seperti halnya memproduksi goodie bag, itu adalah hal yang wajar.

Yang cukup dilematis adalah ketika dalam jangka panjang, produksi goodie bag (atau barang-barang lainnya) melebihi ambang batas kebutuhan konsumsi sehingga yang terjadi adalah surplus produksi atau biasa kita sebut sebagai ‘mubazir’.

Di satu sisi pula, tidak ada jaminan kita merestorasi sumber daya alam yang telah kita pakai untuk surplus produksi tersebut.

Maka dari itu guna menjamin keberlangsungan daya dukung lingkungan, hal paling mudah yang bisa kamu lakukan adalah menerapkan hidup minimalis.

Beli lah kebutuhan seperlunya dan pastikan barang-barang yang kamu beli bersifat tahan lama atau memiliki kualitas yang baik sehingga kamu tidak perlu bulak-balik belanja karena barangmu cepat rusak.

Ini juga dilakukan guna meminimalisir limbah barang yang sudah tidak dapat dipakai.

Kamu juga bisa memanfaatkan barang yang sudah tidak terpakai dengan mereproduksi agar menjadi barang berguna.

Selain menyelamatkan lingkungan, ini juga mengasah kreativitasmu.

Selamat menjadi pionir lingkungan, sahabat Sonora!

 Baca Juga: Tips ala Ten2Five agar Gak Bosan selama PPKM: Berdandan Salah Satunya!

 

 

 

 

 

 

 

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm