Felicia menceritakan salah satu pengalaman saat ia berinvestasi.
Ia mengaku sudah berinvestasi sejak tahun 2013 dengan saham dari salah satu perusahaan di Indonesia. Harga saham yang ia beli pertama kali berkisar Rp 7.000/lembar.
Total yang ia habiskan untuk saham pertamanya adalah sebesar Rp 70.000 untuk 10 lembar saham. Sayangnya, dengan harga yang terbilang murah, performa dari saham ini dinilai sangat buruk oleh Felicia.
Investment Storyteller ini mengatakan bahwa saham tersebut hingga per tahun 2020 masih memiliki harga Rp 70.000 untuk 10 lembar.
Baca Juga: Trading vs Investasi? Ryan Filbert: Perhatikan Kondisi Pasar Saham!
Ini menujukkan saham tersebut tidak memiliki performa yang baik.
Oleh karena itu, investor harus bisa memilih saham dengan performa yang baik.
Hindari pembelian saham cyclical seperti saham batu bara dan pertambangan. Menurut Felicia, saham tersebut memiliki kenaikkan dan penurunan yang cukup signifikan per tahunnya.
Sehingga, hal tersebut tidak cocok untuk investor yang ingin berinvestasi saham jangka panjang.
Baca Juga: Seperti Judi, Ryan Filbert Jelaskan Risiko dari Trading Saham
Selain itu, investor juga dapat mempelajari terlebih dahulu cara membaca laporan dari saham. Ini akan membantu investor dalam mengetahui kinerja dan performa perusahaan dan saham yang dimilikinya.
Pemahaman atas performa dan kinerja perusahaan ini dapat digunakan sebagai acuan untuk mengetahui nilai saham di masa depan.
Di samping dari kenaikkan saham yang tinggi dalam jangka panjang, saham juga memiliki compounding interest.
Compounding interest ini akan membuat investor mendapatkan keuntungan yang menggunung dalam jangka waktu panjang.
Oleh sebab itu, investor harus mulai berinvestasi saham sejak dini agar compounding interest yang didapatkan pun nilainya menjadi lebih dari cukup.