“Survei ini menunjukkan bahwa setelah lebih dari satu setengah tahun pembelajaran jarak jauh, kebanyakan orang tua ingin anak-anak mereka melanjutkan pembelajaran tatap muka dengan seaman mungkin. Agar hal ini terjadi, sekolah harus mengambil semua langkah mitigasi risiko yang memungkinkan untuk memastikan bahwa pembelajaran langsung aman bagi anak-anak, orang tua, dan guru," kata Debora Comin.
Pandemi Covid-19 mengakibatkan penutupan sebanyak 530.000 sekolah di Indonesia pada Maret 2020, yang berdampak pada lebih dari 60 juta siswa dan sekitar 4 juta guru.
Kini, 55 persen sekolah telah dibuka kembali untuk pembelajaran tatap muka secara terbatas, mulai 4 Oktober 2021, sejalan dengan pedoman nasional.
Menurut survei, hampir 70 persen orang tua percaya bahwa pembelajaran jarak jauh tidak efektif untuk anak-anak mereka.
etika ditanya tentang tantangan yang dihadapi anak-anak mereka, sebagian besar menyebutkan proses belajar jarak jauh sulit untuk diikuti (33,9 persen), koneksi internet yang buruk (29,3 persen), dan tidak ada motivasi (23,8 persen).
Untuk mengantisipasi pembukaan kembali sekolah, hampir dua pertiga (63,3 persen) responden mengatakan mereka telah mempersiapkan anak-anak mereka untuk menghadiri kelas tatap muka, sebagian besar dengan membeli masker, buku, seragam, dan sanitizer.
Dengan adanya langkah-langkah mitigasi risiko Covid-19 seperti masker, tempat cuci tangan pakai sabun, saluran udara yang memadai di kelas, dan sistem hadir 50 persen, sekolah dapat menjadi lingkungan yang lebih aman bagi anak-anak daripada di luar sekolah.