Musik sebagai bentuk penghormatan
Darah seni Thukul nyatanya mengalir lewat putra kelahiran 1993 ini. Fajar yang memilih jalan sebagai seniman, merasa bahwa musik adalah salah satu caranya dalam menyelesaikan masalah juga menyelamatkan akal sehat.
Semenjak melancangkan kolaborasi dengan penyanyi beraliran rock and roll Melanie Subono dalam musikalisasi puisi Sajak Suara, Fajar tergelitik untuk mengadopsi semakin banyak puisi karangan bapaknya.
Dari November lalu hingga bulan Mei, ia pun membuat album yang bertajuk Dia Ingin Jadi Peluru (Tribute To Wiji Thukul). Album tersebut berkomposisikan puisi-puisi populer dan beberapa puisi kurasi Fajar.
Puisi pilihannya tersebut justru bukanlah yang cenderung bermuatan politik seperti yang banyak dikenal orang. “Aku malah lebih tertarik kadang dengan hal-hal yang itu tidak berat gitu loh, kadar isunya,” ungkapnya.
Alih-alih bergulat di politik, ia berterus terang kalau minatnya didominasi oleh hal-hal berbau seni walau tak bisa dimungkiri, keduanya sering kali bersinggungan. Fajar pun menekankan bahwasanya musik yang ia ciptakan tidak dilandasi oleh motif selain bentuk penghormatannya kepada sang bapak.
“Aku hanya sekadar seorang anak yang bagaimana caranya memberi penghormatan pada bapaknya lewat musik yang aku buat, yang di dalamnya ada tulisan-tulisan bapak,” tutur Fajar.
Baca Juga: Kenali Zodiak si Doi Melalui Selera Musiknya: Ini Ulasan Spotify!