“Tidak dipungkiri kita semua menuju high tech, digitalisasi industry, seperti yang sering disebutkan yaitu 4.0 atau bahkan 5.0. Namun industri padat karya tetap masih dibutuhkan dengan adanya ketersediaan angkatan kerja serta transisi tehnologi yang belum sepenuhnya terjadi dan terpenuhi,” ucap Ning.
Selain melakukan presentasi di Purwakarta, Apindo Jabar juga memfasilitasi calon investor bertemu langsung dan berdialog dengan Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, Minggu (24/10/2021). Pertemuan tersebut dihadiri calon investor dari Korea Selatan, WS Shin serta Jay Bang.
“Dalam dialog tersebut, pemerintah memberikan jaminan tentang pengurusan surat-surat izin yang cepat serta iklim investasi di Indonesia yang kodusif,” jelasnya.
Di sisi lain, kata Ning, calon investor masih menyimpan kekhawatiran terhadap impelementasi Undang-undang Cipta Kerja (Ciptaker) terutama soal pengupahan.
Baca Juga: 5 Tempat Wisata Hidden Gem di Bandung yang Cocok Dikunjungi
“Pak Bahlil Lahadia menjamin calon investor tidak usah khawatir untuk menanamkan modalnya di Indonesia, karena Kementerian Perdagangan akan membantu calon investor," ungkap Ning.
Apindo Jabar pun tak hanya memfasilitasi calon investor bertemu Menteri Investasi. Pihaknya juga langsung melakukan pertemuan Kembali dengan Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi, Senin (25/10/2021) lalu.
“Kementerian Perdagangan telah bekerja sama dengan pihak ketiga dalam mengatasi kelangkaan kontener. Di mana MSC, selaku pihak ketiga telah melakukan penarikan kontener kosong dari berbagai negara, sehingga bisa dipakai untuk para ekportir untuk mengirimkan barang keluar,” papar Ning.
Baca Juga: Pusdiklatpassus Bagikan Sembako Kepada Warga Kurang Mampu di Kabupaten Bandung
Dalam pertemuan singkat itu, ungkap Ning, Kementerian Perdagangan berjanji akan menindaklanjuti keluhan pengusaha.
Sementara itu, calon investor asal Amerika Duncan, mengatakan setiap orang asing yang bekerja di Indonesia membayar US$1.200 per tahun.
“Banyak sekali orang asing dari perusahaan alas kaki di Indonesia. Seharusnya uang tersebut bisa dipakai untuk memberikan pelatihan, kelas-kelas transformasi teknologi terkait sepatu, namun hingga kini sepertinya belum dilakukan,” katanya.
Kondisi tersebut membuat perusahaan sepatu masih kesulitan mencari tenaga teknis atau engineer.
Duncan mengharapkan pemerintah membantu mewujudkan transformasi teknologi tersebut, sehingga, perusahaan tidak melulu harus melakukan hijacking setiap membutuhkan technician baru.
Baca Juga: OJK Jabar Gencarkan Simpel di Empat Kota/Kabupaten Melalui Pekan Vaksinasi