2. Industri keuangan
Produk investasi ini biasa berupa obligasi, tabungan deposito, dan peer to peer lending.
Ryan mengatakan kalau obligasi negara cenderung lebih aman namun risiko yang perlu dihadapi adalah ketika negara sedang krisis atau bahkan bangkrut.
Jika memilih tabungan deposito, maka risiko yang kamu hadapi adalah bunga yang kecil sehingga kamu tidak bisa berharap banyak akan profitnya.
Selain itu, kamu perlu menerima risiko jika bank tempatmu menabung harus bangkrut.
Pun jika tabunganmu dijamin oleh lembaga penjamin simpanan, terdapat risiko berupa sulitnya likuidasi.
Risiko bagi kamu yang memilih peer to peer lending adalah kemungkinan orang yang kamu berikan pinjaman tidak membayar.
Baca Juga: Mengubah Mindset saat Investasi, Pentingkah? Ini Penjelasan Ryan Filbert
3. Industri pasar modal
Pasar modal mencakup saham, reksa dana, instrumen derivatif seperti indeks, dan crypto currency.
Jika membeli saham sudah pasti risiko yang harus ditanggung adalah ketika perusahaan mengalami kerugian hingga akhirnya harga saham jatuh.
Atau bahkan kondisi terburuknya ialah perusahaan bangkrut dan kehilangan nilai.
Jika memilih reksa dana, risiko yang harus dihadapi adalah mis-manajemen perusahaan.
Sementara itu, crypto currency adalah instrumen investasi yang sulit dipahami dan harganya cepat turun atau fluktuatif.
Baca Juga: Ed Sheeran Akan Kembali Menjadi Bintang Cameo di Film 'Red Notice'