Menurut cerita masyarakat setempat, pembangunan masjid tersebut merupakan bentuk hadiah Raja Badung kepada Saehaji Mu'min, yang sukses membantunya memenangkan perang pada masa peperangan zaman dahulu.
"Waktu zaman perang dulu, Raja Badung meminta bantuan kepada Syeikh Haji Mu'min. Dan dalam peperangan itu, mereka bisa menang, yang kemudian sebagai bentuk hadiah, Raja Badung memberikan segala bantuan untuk keperluan membangun masjid ini," tambahnya.
Diceritakan bahwa awalnya, Syeikh Haji Mu’min hanya meminta izin dan bantuan untuk membuat mushola saja, namun Raja Badung memberikan tawaran yang lebih, yaitu sekalian membuat masjid.
Konon Raja Badung menawarkan terserah ingin sebesar apa masjid tersebut, begitu menurut cerita yang Haji Mansyur dapatkan dari para leluhurnya. Hingga saat ini, masjid tersebut pun masih berdiri kokoh.
Di Kampung Bugis Serangan, Bahasa Bugis digunakan sebagai bahasa sehari-hari. Selain Masjid Assyuhada, satu lagi yang juga menjadi ikon Kampung Bugis Serangan yaitu makam kuno.
Di makam inilah, khusus masyarakat Muslim Kampung Bugis dimakamkan saat sudah meninggal dunia, mulai dari tokoh-tokoh bersejarah hingga ulama. Salah satunya makam Syeikh Haji Mu’min, tokoh awal lahirnya Kampung Bugis Serangan.
Baca Juga: Orang Bali Gunakan Gelang Tri Datu, Ini Makna Penting di Dalamnya
Sumber: Tribun Bali