Gelombang sinyal sistem saraf dan hormon yang bersirkulasi dalam darah kita berinteraksi untuk memberi tahu kita saat kita lapar atau kenyang. Ini dinamakan sistem pengaturan nafsu makan yang mungkin lebih sensitif pada beberapa orang.
Salah satu hormon penting yang terlibat dalam sistem ini adalah leptin.
Hormon lepin membantu mengatur berapa banyak makanan yang ingin kita makan dalam periode waktu yang lebih lama.
Seseorang dengan sistem yang lebih sensitif mungkin bisa makan sampai 3 kali bolak-balik, kemudian merasa kenyang selama beberapa hari ke depan dan makan lebih sedikit.
“Mereka secara otomatis dapat mengkalibrasi ulang keseimbangan energi mereka karena sistem sinyal nafsu makan mereka dapat mengatakan, ‘Oke, kita punya cukup energi',” kata Melanson.
Genetika dapat berperan dalam kecenderungan seseorang untuk menambah atau mengurangi berat badan.
Menurut sebuah studi tahun 2019 yang diterbitkan di PLOS Genetics, para peneliti telah mengidentifikasi lebih dari 250 wilayah DNA berbeda yang terkait dengan obesitas.
Untuk penelitian ini, peneliti membandingkan 1.622 orang sehat dengan indeks massa tubuh (BMI) rendah dengan 1.985 orang dengan obesitas berat dan 10.433 masuk variabel kontrol dengan berat badan normal.
Temuan ini menemukan bahwa partisipan kurus memiliki lebih sedikit gen yang terkait dengan obesitas.
Namun menurut Barroso, yang menjadi salah satu penulis studi tersebut, gen saja tidak menentukan berat badan Anda.
Baca Juga: Setelah Makan Banyak Daging, Sebaiknya Konsumsi 6 Jenis Minuman Ini!