Selain memiliki arsitektur Bali, beberapa bagian bangunan masjid ini juga mengadopsi gaya Timur Tengah dengan khas lengkungannya, dan Tionghoa yang khas dengan patung naganya.
"Ini simbol pemersatu, arsitekturnya campur ada Bali, Jawa, dan lengkungan Timur Tengah, hingga China," ucap Suwarno.
Ia juga menjelaskan untuk ornamen dan gaya bagunan di Masjid Al Hikmah memang didominasi dengan mengadopsi kearifan lokal, yakni Hindu Bali.
Hal ini sebagai sebuah penghormatan dan sikap saling menghargai antara umat Islam dan Hindu. Hubungan dua umat agama ini di Bali juga harmonis.
Maka, perpaduan ukiran dan gaya khas Bali ini bisa disebut sebagai akulturasi budaya.
"Kami mengagumi kearifan lokal dan bentuk toleransi dan menjadi satu dengan warga sini. Sejak 1978, kami merasa damai dengan lingkungan, aman dalam beribadah," tuturnya.
Suwarno mengatakan, gaya arsitektur Bali di Masjid Al Hikmah ini memang banyak diapresiasi.
Namun, tak jarang juga dipertanyakan seperti mengapa masjid ini mirip pura. Menurutnya, bangunan dan arsitektur ini hanya sebuah seni dan ornamen.
Baca Juga: Dijadikan Oleh-Oleh, Berikut 5 Pie Susu Terlezat Khas Pulau Bali
Sementara tujuan utama di dalam masjid adalah berdoa kepada Tuhan. Bentuk bangunan, kata Suwarno, seharusnya tak perlu dipersoalkan.
"Kita tinggal di Bali, ini jadi penyejuk dan peneduh. Kita di dalam masjid untuk shalat kepada Tuhan dan bangunan ini hanya ornamen," kata dia.
Masjid Al Hikmah yang berlokasi di Jalan Soka, Nomor 18 Kertelangu Denpasar timur ini, berkapasitas sekitar 1.000 orang.
Masjid ini menjadi tempat untuk beribadah komunitas muslim di wilayah Denpasar Timur. Selain ibadah, masjid ini juga ada tempat pendidikan Al Quran (TPA) bagi anak-anak.
Kemudian, kajian-kajian rutin dengan berbagai tema seperti misalnya tafsir hadits dan Al Quran.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Masjid Al Hikmah Mengadopsi Arsitektur Khas Bali, Ini Pesannya"
Baca Juga: Sejarah Hari Raya Galungan dan Kuningan, Memaknai Kemenangan Kebenaran Melawan Kejahatan