"Stunting harus diketahui dan dipahami oleh seluruh masyarakat terutama para pemuda dan remaja Indonesia. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh dan kembang pada anak akibat kekurangan asupan gizi dalam waktu yang cukup lama,” ujar Teguh, Sabtu (11/12/2021).
Lebih lanjut Teguh menjelaskan, dalam jangka pendek stunting dapat menyebabkan terganggunya perkembangan otak, sehingga baik kecerdasan anak maupun pertumbuhan fisik, dan metabolisme akan mengalami gangguan.
Sementara itu, jika stunting dibiarkan dalam jangka waktu lama, akibatnya perkembangan kognitif pada otak anak dapat terjadi, sehingga kemungkinan besar anak akan mengalamu kesulitan belajar, kekebalan tubuh terganggu, dan rentan terhadap masalah-masalah metabolisme.
Bahkan ketika beranjak dewasa, mereka yang mengalami stunting akan memiliki tubuh pendek, produktivitas rendah, dan tidak memiliki daya saing di dunia kerja.
Baca Juga: Kepala BKKBN Tegaskan Cegah Stunting Dimulai Keluarga
“Bahkan ketika dewasa nanti akan memiliki tubuh pendek, tingkat produktivitas yang rendah serta tidak memiliki daya saing di dalam dunia kerja. Untuk itu cegah stunting penting, harus dapat di cegah sedini mungkin dimulai dari masa remaja, perencanaan pernikahan dan kehamilan", terang Teguh, Sabtu (11/12/2021).
Sebelumnya, Presiden RI Joko Widodo menyatakan bahwa tahun 2024 mendatang, diharapkan persentase prevalensi stunting di Indonesia dapar turun menjadi 14%, dimana saat ini persentasenya ada di 27,67%.
Tentu hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi Indonesia, oleh sebab itu BKKBN meminta dukungan kepada seluruh elemen masyarakat, untuk mau memahami dan menyebarluaskan literasi mengenai stunting.
Baca Juga: BKKBN : Perempuan Hamil Usia Dibawah 20 Tahun Penyebab Stunting