Terlebih ketika pada saat pertukaran pernapasan tersebut ada orang yang batuk atau bersin tanpa melakukan etika batuk dan bersin yang sepantasnya.
“Kalau tidak bertanggung jawab, bersin kemana-mana, batuk enggak ditutup, itu berbagi kuman, bakteri, virus, kepada seseorang di sekitarnya, dengan radius yang cukup jauh. Batuknya semakin kencang, maka membawa droplet pernapasan semakin jauh,” sambung dr. Santi.
Ketika musim hujan, sekelompok orang cenderung berada di ruangan dalam waktu yang lama, atau berteduh di tempat yang sama, atau berada dalam kendaraan tertutup, sehingga potensi tersebut semakin tinggi.
Ada 1-2 orang saja yang batuk atau bersin, maka satu ruangan tersebut berpotensi untuk mengalami hal yang sama.
“Kalau udaranya tertutup, sirkulasinya buruk, orang di dalamnya daya tahan tubuhnya lagi jelek, maka si virus maupun bakteri yang berkeliling ada di udara itu, bisa mampir dan menyebabkan sakit penyakit pada orang yang lemah,” jelasnya.
Maka, pihaknya menegaskan untuk memastikan 3 faktor yaitu, host (badan dalam kondisi bugar), keberadaan virus, dan kondisi lingkungan.
Dengan mempertimbangkan 3 faktor tersebut, Dokter Santi menambahkan bahwa musim hujan tidak hanya berdiri sendiri dalam menyebabkan penyakit-penyakit.
Baca Juga: Benarkah Tipes adalah Penyakit Musim Hujan? Simak Kata Dokter