"Biasanya alat kontrasepsi dikelola sempir oleh tenaga kesehatan namun sekarang bisa melalui kader via teknologi komunikasi," ujarnya.
Penggunaan teknologi komunikasi ini yang membuat layanan menjadi tepat sasaran dan waktu terlepas dari kondisi Pandemi Covid-19 yang cenderung membatasi.
Inovasi tersebut cenderung menunjukkan adanya stabilitas pengguna kontrasepsi.
"Sebelum pandemi dengan belum adanya sistem khusus, penggunaan kontrasepsi mencapai 59 persen. Dengan inovasi ini, bisa mencapai hingga 57 persen. Artinya tidak ada penurunan berarti." terang ketua BKKBN tersebut.
Invoasi kedua adalah pelatihan secara virtual bagi para kader. BKKBN sendiri memiliki anggota grassroot yang dijadikan sebagai kader.
Sebanyak 60 persen wilayah sudah menyukseskan pelatihan ini dan turut menjadi pencapaian yang sukses dan efisien.
Pecatatan data menjadi lebih cepat dengan adanya pemanfaatan internet.
"Kita menikmati banyak data real time yang diperoleh dari juni 2021 relatif baru dan bisa dipercaya," kata Hasto.
Baca Juga: Kepala BKKBN: 1000 Hari Pertama Kehidupan Bayi Perlu Dikawal Untuk Cegah Stunting