“Dan alhamdulillah, NTB sebagai tuan rumah juga sudah siap. Capaian vaksin dosis 1 mencapai 100 persen dan dosis 2 di atas 70 persen. Mudah-mudahan ini dapat mengurangi potensi penyebaran varian baru termasuk Omicron,” lanjutnya.
Konsep travel bubble yang akan diterapkan untuk kru, ofisial, pembalap, serta para panitia yang terlibat dalam MotoGP ini lebih kurangnya sama dengan travel bubble yang sedang diujicobakan untuk wisman Singapura ke Indonesia. Dimana mereka akan melakukan tes-PCR sebelum keberangkatan dan saat ketibaan.
Mereka juga hanya boleh berkegiatan di gelembung Mandalika. Sementara untuk para penonton tidak dikenakan travel bubble, karena Menparekraf memprediksi sebanyak 90 persen penonton yang datang adalah wisatawan nusantara.
“Nanti teknisnya mereka tetap menggunakan surat edaran yang diterbitkan bahwa berkegiatan dengan protokol kesehatan yang ketat dan disiplin. Jadi untuk penonton, mereka bebas berwisata di sekitar NTB. Namun tidak untuk para pembalap, kru, dan teknisi serta para panitia yang menggunakan sistem travel bubble,” tutur Menparekraf.
“Untuk skema karantina sendiri akan disesuaikan dengan situasi pandemi terkini. Tapi kami harapkan dengan jumlah penonton yang 100 ribu, dengan data-data yang segera masuk dari penyelenggara, kita bisa menetapkan travel bubble seperti apa dengan prioritas penanganan pandemi agar MotoGP tidak menjadi pemicu dari kasus COVID-19,” lanjutnya.
Terkait destinasi Bali, Menparekraf menjelaskan bahwa KBRI Tokyo telah melaksanakan Famtrip ke Bali pada tanggal 27-30 Desember 2021 yang diikuti oleh jurnalis dari NHK dan Kyodo News Biro Jakarta. Kunjungan ini bertujuan untuk memberikan informasi bagi media internasional mengenai situasi terkini dan kesiapan Bali dalam menerima wisatawan asing, khususnya dari Jepang.
“Kunjungan ini alhamdulillah mendapatkan respons positif dari media Jepang,” kata Sandiaga.
Menparekraf menjelaskan penerbangan langsung dari Jepang dan pengurangan masa karantina di kedua negara, menjadi faktor yang sangat krusial agar pasar Jepang ini bisa datang ke Indonesia, khususnya ke Bali. Efisiensi waktu sangat penting bagi wisatawan Jepang mengingat jangka waktu atau length of stay wisatawan Jepang adalah 7-14 hari.
Ia berharap adanya dukungan lebih lanjut dari seluruh pihak dalam mendorong promosi pariwisata dan budaya Bali di Jepang.
“Kami mendorong khususnya pihak Garuda Indonesia dalam mengupayakan pengaktifan kembali penerbangan langsung Jepang-Indonesia. Ini merupakan hal yang sudah ditunggu-tunggu oleh pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif khususnya di Bali. Dan untuk promosi pariwisata, kami akan melakukan dengan kekinian melalui banyak promosi digitalisasi dalam bahasa Jepang,” jelasnya.
Tentunya, usulan ini tidak akan memberatkan maskapai Garuda Indonesia. Dikatakan Menparekraf, Garuda Indonesia nantinya hanya akan membuka direct flight dengan negara yang sudah siap berwisata ke Indonesia. “Kita tidak akan mengarahkan Garuda untuk membuka satu rute yang tidak ada peminatnya. Jadi harus ada, sehingga Garuda tidak boleh rugi,” ujar Menparekraf.