Sonora.ID - WHO mencatat bahwa penyakit kusta sudah ada sejak ribuan tahun lalu atau peradaban kuno. Pengidap kusta seringkali dikucilkan oleh masyarakat karena dianggap sebagai penyakit kutukan.
Tanggal 31 January 2022 diperingati sebagai Hari Kusta Sedunia. Apa dan bagaimana pengobatan penyakit kusta ?, Dr. dr. Yuli Kurniawati, Sp. KK (K) dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Palembang kepada Sonora (25/01/2022) menjelaskan tentang penyakit ini.
“Penyakit kusta sudah lama dikenal, disebabkan oleh mikrobakteri leprae, menyerang utamanya adalah saraf perifer pada kulit sehingga dapat menimbulkan bercak atau kelainan pada kulit yang disertai mati rasa. Diawali kesemutan pada daerah-daerah tertentu yang dipersarafi oleh saraf. Bercak kulit berwarna merah atau putih, penebalan kulit disertai hilang rasa. Kelainan ini selain menyerang kulit juga bisa menyerang mata, organ lain, tulang bahkan bila kronik seperti mutilasi. Dengan kondisi ini pasien sering dikucilkan padahal dengan stigma negative penyebarannya akan lebih sulit dikendalikan. Yang paling penting, kusta bisa disembuhkan dengan minum obat teratur,” ujarnya.
Setiap orang bisa tertular penyakit kusta, terutama yang memiliki imunitas rendah. Masa inkubasinya bisa beberapa minggu ada juga yang beberapa tahun. Penyakit kusta biasanya menyerang lingkungan tertentu dengan status gizi kurang.
Pengobatannya tersedia di puskesmas dan diberikan gratis, ditanggung oleh pemerintah. Yang terpenting pasien semangat dan keluarga mendukung agar pasien cepat sembuh. Obat kusta multi drug terapi, satu paket obat memerlukan pengobatasn selama 6 hingga 12 bulan dengan control teratur. Penyakit kusta bisa berulang apabila tidak minum obat secara teratur.
“Sesuai tema hari kusta sedunia bersatu untuk bermartabat, menghilangkan stigma, memberikan kesempatan juga hak yang sama dengan yang lain sehingga memberikan semangat kepada pasien kusta untuk berobat,” tutupnya.
Baca Juga: Hari Kusta Sedunia: Ketahui Penyebab, Gejala, dan Jenis-jenisnya