Pembuatan mural itu dimulai sekitar dua pekan lalu dengan dikerjakan empat orang muralis. Prosesnya pembuatan mural ini sendiri dilakukan setelah toko atau rumah makan tutup terlebih dahulu sekitar pukul 22.00 WIB hingga dini hari.
Hal ini juga diutarakan oleh Praktisi Mural Solo sekaligus alumnus Magister Seni Urban IKJ Jakarta Irul Hidayat mengatakan mural Jokowi bersama kepala negara G20 tersebut sengaja dibuat untuk mengunjungi momentum Indonesia sebagai tuan rumah G20.
"Indonesia itu berkesempatan menjadi tuan rumah G20. Ini momen penting posisi kita di dunia. Dalam konteks G20 tema yang dibawa tentang lingkungan global. Kita mengangkat isu tentang pemanasan global," kata Irul.
Dengan tema itu maka visualisasi lukisan mural itu awan panas dan awan tornado, gelombang panas, kondisi air di bumi mengering karena kondisi oksigen yang menipis.
"Pesan yang kita sampaikan pada pemimpin G20 yang dalam karya itu kita visualisasikan dengan cara berpakaian Baduy," kata Irul.
Pemilihan pakaian ada Baduy sendiri terinspirasi ketika Presiden Jokowi memakai baju adat Baduy saat menghadiri Sidang Tahunan MPR RI pada 16 Agustus 2021.
"Baju ini kita kenal sebagai suku yang sangat mencintai alam, back to nature. Suku Baduy yang sederhana, sangat mencintai dan menjaga alam. Simbol kesepian yang sudah melupakan banyak orang. Ketika spirit Presiden Jokowi memakai kostum Baduy harapannya bisa menjadi sebuah inspirasi perilaku sehari-hari- hari tidak hanya sebuah kostum," kata dia.
Irul juga menjelaskan menganai makna di balik dari pemilihan pakaian adat Baduy itu sendiri.
"Jadi ada makna mengapa memakai kostum itu. Tidak hanya masalah kekayaan Keragaman bangsa Indonesia yang penuh dengan suku, tapi tentang bagaimana suku-suku yang diangkat memiliki filosofi hidup yang luar biasa. Saya rasa dunia internasional harus tahu filosofi makna hidup luar bisa. Salah satunya dalam konsen penyelamatanan alam dan lingkungan hidup," lanjut Irul.
Baca Juga: Wagub DKI Yakin Banjir dan Omicron Tak akan Ganggu G20 di Jakarta