Sragen, Sonora.ID - Saat ini, Minyak Goreng subsidi di Kabupaten Sragen masih sangat terbatas persediaannya.
Demi mendapatkan harga minyak goreng Rp 14.000 saja, para pedagang dan pemilik warung pedesaan di sragen rela antre untuk mendapatkannya.
Biasanya, mereka mengambil Minyak Goreng di dua pedagang besar yang ada di pasar kota sragen.
Seperti salah satu pemilik warung rumahan di Sragen, Maman, warga Desa Kebonromo, Kecamatan Ngrampal, Kabupaten Sragen yang berbelanja barang kebutuhan warungnya di pasar kota Sragen.
Maman rela mengantre dengan membawa bronjong yang di gantungkan pada sepeda motor tuanya untuk mengambil minyak goreng di salah satu gudang pedagang besar di pasar kota Sragen.
Baca Juga: Kenaikan Harga Minyak Goreng Picu Inflasi di Sulsel Awal 2022
Jarak rumah dan pasar Kota yang lumayan jauh ia tempuh demi harapan besar bisa mengambil banyak stok minyak goreng. Namun harapan Maman itu pupus begitu saja.
"Dapatnya cuma satu dus, satu dus satu liter dan satu dus dua literan itu, harganya Rp 135 ribu sudah yang Rp 14.000 per liternya," katanya Rabu (2/2/2022).
Maman terpaksa memilih kebijakan pembelian minyak goreng dengan sistem paketan karena ia mengaku tidak ada pilihan lain.
Sebab, banyak juga yang mengantre untuk mendapatkan minyak goreng ini. Lepas dari kebijakan tersebut, Maman tak merasa keberatan dengan adanya kebijakan ini.
Sistem paket tersebut tidak memberatkannya karena Maman juga menjualnya dengan harga bijian.
Baca Juga: Bulog Divre Menunggu Kementerian Perdagangan, Alokasi Minyak Goreng di Kaltimra
"Harusnya memang seperti itu, karena kalau membeli minyak saja, sudah diborong sama yang punya duit itu, kalau saya tidak keberatan," terangnya.
Jika kebijakan ini tidak ada, panic buying akan dilakukan oleh warga Sragen pastinya. Selain Minyak Goreng, Maman juga mengalihkan belanjanya dengan membeli gandum.
"Beli lagi kalau minyaknya sudah habis, baru ambil lagi, kalau nggak gitu, gandumnya numpuk mau dibuat apa," tambahnya.
Minyak goreng yang dibelinya ini, akan dijual dengan harga sebesar 14.500 per liternya. Keuntungan yang ia dapatkan hanya Rp 500 saja per liternya.
"Kalau masih murah, paling mentok ambil Rp 1000, itu pun nggak tega, paling ya Rp 500an," pungkasnya.
Keuntungan yang hanya Rp 500 ini lebih sedikit dari keuntungan sebelumnya saat minyak goreng masih murah.
Maman hanya mengambil untung antara Rp500 sampai Rp1000 saja untuk barang dagangannya.
Baca Juga: Wali Kota Makassar Ancam Proses Hukum Penimbun Minyak Goreng