Sonora.ID - Indonesia sebagai Presidensi G20 membawa tema 'Recover Together, Recover Stronger', dan memiliki sub-tema; menyelesaikan arsitektur global, transformasi digital, dan transisi energi hijau atau terbarukan.
Sebagaimana disampaikan oleh Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi, ketiga sub-tema tersebut merupakan tantangan utama dalam perekonomian global dan peradaban untuk saat ini.
"Jadi ketiga hal tersebut (sub-tema G20) menjadi tantangan utama daripada kegiatan ekonomi dan peradaban dunia pada saat ini," ujar Lutfi dalam Inagurasi Kelompok Kerja Perdagangan, Investasi, dan Industri G20, yang disiarkan melalui kanal YouTube Kementerian Investasi - BKPM, Selasa (8/2/2022).
Baca Juga: Indonesia Jadi Tuan Rumah, Seniman Solo Buat Mural Jokowi bersama Kepala Negara G20
Menelisik salah satu sub-tema, menyelesaikan arsitektur kesehatan global, saat ini negara-negara G20 saling bahu membahu untuk menciptakan tata laksana kesehatan, yang dapat mengantisipasi masalah kesehatan global seperti Pandemi Covid-19 di masa depan.
Pandemi Covid-19 yang membawa dampak di hampir seluruh wilayah di Bumi ini mengajarkan banyak hal kepada umat manusia, dimana menurut Lutfi, pelajaran yang berharga untuk umat manusia saat ini adalah, kesadaran kolektif untuk bekerjasama antar negara, tanpa meninggalkan satu negara pun, dalam menghadapi pandemi ini.
"Pandemi ini mengajarkan sesuai dengan sustainable development goals kita, bahwa sebenarnya tidak ada orang yang boleh ditinggalkan dalam penyelesaian ini, dan ini kita sudah menjadi bukti bahwa, tidak ada yang selamat sampai semua selama," terang Lutfi, Selasa (8/2/2022).
Kesadaran kolektif akan pentingnya kolaborasi antar negara dalam menghadapi Pandemi Covid-19 diungkapkan oleh Lutfi, mulai terbentuk setelah mencuatnya masalah diferensiasi pada pertemuan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Pimpin Jalannya JFHTF Negara G20, Kemenkes dan Kemenkeu Tekankan Kerja Sama secara Kolosal
Dimana seorang Menteri Perdagangan dari salah satu negara di Afrika mengaku belum mendapatkan vaksin, padahal di belahan Eropa ataupun negara-negara maju lainnya, jumlah vaksin yang tersedia sangat banyak, bahkan hampir tiga kali lipat dari yang dibutuhkan.
"Misalnya Eropa, mereka mempunyai lebih dari tiga kali jumlah vaksin yang mereka butuhkan di Eropa. Tetapi kemarin itu salah satu yang mengganjal kegiatan Ministry of Meeting on WTO itu salah satunya, ada salah satu negara di Afrika yang Menteri Perdagangannya belum dapat vaksin," ungkap Lutfi, Selasa (8/2/2022).
Kebutuhan kolaborasi antar negara-negara di dunia pun diperkuat dengan adanya fakta munculnya Virus SARS CoV-2 Varian Omicron dari Benua Afrika.
Dimana hal ini semakin mendorong negara-negara di dunia, untuk saling bahu membahu menciptakan arsitektur kesehatan global yang berkelanjutan.
Baca Juga: KADIN Segera Gelar Pertemuan Pendahuluan atau B20 Inception Meeting