Palembang, Sonora.ID – Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Makarim meluncurkan Kurikulum Merdeka.
Nadiem mengklaim salah satu keunggulan Kurikulum Merdeka ini adalah tidak adanya program peminatan bagi siswa pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA).
Menanggapi hal tersebut DR. Suherman, Spd, MSi, Pengamat Pendidikan Sumsel kepada Sonora (14/02/2022) mengatakan kelemahan kurikulum tersebut akan terlihat saat ada spesialisasi diperguruan tinggi.
Jurusan seperti teknik, kedokteran memiliki basic IPA, sebaliknya jurusan seperti ekonomi basicnya IPS.
“Dampaknya 10 tahun kedepan. Saat ini belum ada produknya, perlu input dan output bagaimana bisa mengevaluasinya,” ujarnya.
Ia juga menilai kurikulum merdeka akan sulit diterapkan mengingat kepemimpinan Nadim Makarim tinggal dua tahun lagi, ketika ganti presiden nanti pada 2024 maka akan menterinya pun akan ganti, kurikulumnya juga akan berganti.
Baca Juga: Lebih Dekat Mengenal Teknologi NFT “Ghozali Everyday” Melalui Near Meetup Indonesia
Semestinya kurikulum ini diterapkan saat awal Presiden jokowi memimpin saat 2012 sehingga saat ini sudah bisa dievaluasi.
“Kurikulum di Indonesia sebaiknya diambil dari jati diri bangsa Indonesia yang majemuk, bhineka tunggal ika. Adanya pengurangan jam pelajaran, jangan terlalu memberatkan siswa seperti SMA 48 jam dalam satu minggu,” ujarnya.
Bila kurikulum merdeka diterapkan akan terjadi keresahan dari guru-guru sertifikasi sebab ada pengurangan jam mengajar.
Dampak lain adalah penggantian buku yang dapat memberatkan wali murid karena harus membeli buku baru. Penggantian kurikulum juga memerlukan sosialisi yang membutuhkan dana yang cukup besar.
“Lebih baik dana tersebut digunakan untuk mengatasi permasalahan pandemic,” tukasnya.
Baca Juga: Meski Minim Anggaran, Dispar Palembang Yakin 40 Event Tahun Ini Bakal Digelar Sukses