"Sekali operasional kapal sapu-sapu bisa mengangkut hingga 5 ton sampah. Dalam sehari itu bisa 2-3 kali beroperasi," ungkapnya.
"Perangkap ilung yang ada cuma sepertiga dari lebar sungai. Jadi masih ada kemungkinan sampah itu lolos. Apalagi yang besar-besar jadi satu dengan batang pohon atau ranting," sambungnya.
"Sempat ingin dibuat perangkap ilung dengan zig-zag. Tapi itu nanti akan menyulitkan perahu yang lewat," pungkasnya lagi.
Lebih jauh, Ia mengungkapkan, wilayah yang paling banyak dipenuhi sampah dan ilung masih di bawah jembatan pasar lama dan jembatan antasari.
Itu dikarenakan banyak terdapat tiang konstruksi jembatan di bawahnya, hingga mudah membuat sampah-sampah tersangkut.
"Kalau sampahnya kurang, biasanya kapal sapu-sapu ini beroperasionalnya di kawasan Banua Anyar. Mengangkut sampah-sampah yang ada di perangkap ilung ke daratan," imbuhnya.
"Apalagi sekarang di kawasan itu sudah dibangun Pusat Daur Ulang (PDU) milik Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Jadi sampah-sampah itu nantinya bisa langsung dipilah dan dimanfaatkan," harapnya.
Baca Juga: Titian Simpang Pengambangan, Pemko Ingin Perbaikan Lewat APBN