Palembang, Sonora.ID - Harga kedelai kembali mengalami kenaikan.
Amidi, Pengamat Ekonomi Sumsel kepada Sonora (22/02/2022) mengatakan ada beberapa factor penyebabnya, antara lain dipicu kenaikan harga kedelai internasional, cuaca yang kurang bersahabat, permintaan yang terus meningkat.
“Kenaikan harga ini sudah sering terjadi, lagu lama yang mengalun kembali. Kasihan para pedagang pembuat tahu dan tempe, harganya sudah mencapai 11 hingga 13 ribuan, padahal harga yang dipatok pemerintah 9 ribuan,” ujarnya.
Yang menjadi persoalan adalah petani kedelai enggan memperluas kapasitas luas tanah mereka, oleh sebab itu mereka harus diberi insentif atau rangsangan, jika tidak mereka akan beralih bercocok tanam ke yang lain yang menjanjikan.
“Disini peran pemerintah, ada insentif, ada pengatur harga dalam hal ini bulog, bagaimana menstabilkan distribusi kedelai itu sendiri dan harganya,” tukasnya.
Baca Juga: Kedelai Mahal, Produsen Tahu Tempe di Makassar Naikkan Harga Jual
Kenaikan harga minyak goreng fenomenanya hampir sama. Harga cpo diluar negeri menjanjikan sehingga mereka berlomba-lomba ekspor, maka pemerintah membatasi 80% yang diekspor dan 20% untuk pasokan local.
“Kedelai juga harus seperti itu, kalau ada produsen yang ekspor harus dibatasi,” tukasnya.
Produksi kedelai local tidak kalah dengan luar negeri, hanya petani yang terbatas sehingga pasokan kurang.
Jadi wajar impor, namun hal seperti ini terus terjadi. seharusnya pemerintah mewanti-wanti jangan sampai musim tertentu terulang lagi.
“kepada produsen kedelai sebaiknya ada rasa simpati terhadap orang-orang yang menggunakan kedelai. Bulog harus mengambil sikap agar harga stabil. Produsen tahu dan tempe harus bijak,” tutupnya