Sonora.ID - Waktu pertama kali product handsanitizer mengenalkan dirinya fungsi utamanya dikenal sebagai pewangi telapak tangan.
Pekanbaru, terkenal dengan nasi Padang yang terkadang lebih nikmat jika dilahap tanpa sendok, bau makanan yang tertinggal dan sedikit mengganggu akan dihilangkan dengan wangi handsanitizer. Bahkan handsanitizer memiliki stigma penggunanya sebagai orang yang sangat bersih.
"Masih inget sih, dulu waktu pertama kali kenal antis kan, itu untuk pewangi abis makan kuah gulai. Terus dulu, waktu masih SMP kalo bawa antis kemana - mana dibilang anaknya bersih, jadi gak akan mau makan atau jajan dipinggir jalan. Pokoknya kita jadi anak bersih kaya anak - anak crazy richlah," ungkap Novia Aulia, salah satu karyawan rumah sakit swasta di Pekanbaru Jumat (25/2).
Dalam pengelannya, produk handsanitizer dianggap sebagai suatu barang atau penemuan yang tidak terlalu dibutuhkan sehari-hari.
Product yang dinilai hanya sebagai pelengkap. Jika dibawa kemana-mana merupakan hal baik, jika tidak bukan satu hal yang harus dikhawtirkan.
Baca Juga: Tiga Kesalahan Penggunaan Hand Sanitizer Yang Perlu Kamu Tahu
Jika kita mengenal kebutuhan premier, sekunder, tersier maka kala handsanitizer dikenalkan bisa menjadi barang yang tidak akan dimasukan dalam kebutuhan.
Diawal pandemi Covid 19, cerita Novia terkait dengan handsanitizernya berubah 360 derajat. Barang yang dinilai hanya untuk pewangi tangan, atau barang yang hanya dinilai untuk memunculkan stigma benar-benar sangat dibutuhkan.
"Dulu, antis tuh kaya barang ya ada bagus, gak ada gak masalah. Tapi karena memang waktu itu sempet jadi kebiasaan buat ngilangin bau ikan abis makan padang, dan betapa bersyukurnya kita ketika awal-awal covid masih punya stok antis padahal botol kecil, kita gak ikut rebutan beli waktu itu," ungkapnya kemudian.
Virus yang banyak menelan korban, melumpuhkan hampir semua sektor ekonomi yang ternyata memiliki kelemahan pada sabun dan handsanitizer.