Palembang, Sonora.ID – Bahasa di media social muncul atas tantangan dari transformasi digital. Sekarang tidak bisa dipungkiri semua teknologi digital masuk ke dalam sendi-sendi kehidupan kita mulai dari yang professional sampai ke sehari-hari.
“Ini merupakan tantangan karena dengan kemudahan komunikasi ini bisa mengarahkan kita pada bentuk-bentuk miskomunikasi, misinformasi, disinformasi atau hoax. Juga bisa membuat kita tidak berfikir dan mucul sikap-sikap spontanitas yang muncul begitu saja akhirnya dengan kemudahan teknologi bisa mengacaukan kebenaran karena orang yang penting viral dibanding moral,” ujar Nurly Meilinda, S.I.Kom, M.I.Kom, Dosen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Sriwijaya kepada Sonora (1/03/2022).
Tantanganya adalah bagaimana kita beretika di media social, akhrinya karena ingin viral tidak berfikir panjang akibatnya timbul miskomunikasi dan misinformasi.
Ingin viral tidak masalah yang terpenting ada etika digital. Etika digital sama dengan etika di ruang realita.
Ketika kita ingin diperlakukan seperti apa, maka seperti itulah kita berlaku.
Dalam bermedia social ada yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan, hal itu disebut netiket (internet etiket).
Baca Juga: Harus Diterapkan, Inilah 5 Etika Penting dalam Bermedia Sosial
Ada empat hal yang harus dipegang ketika berada didunia digital.
Yang Pertama harus sadar apa yang ditulis atau diketik, saat emosi jangan menulis karena bisa menyesal.
Kemudian yang kedua tanggung jawab, apa yang sudah diposting atau dikomentari karena ada jejak digital.
Lalu, Ketiga integritas, sesuai apa yang dipercayai. Keempat nilai kebaikan, baik untuk saya dan baik untuk orang yang melihat atau membaca.
“Sebaiknya kita menjaga ruang digital bersih dan beretika. Berfikir kritis apa manfaatnya sebelum membagikan sesuatu di dunia digital. Bila ada manfaat dan terverifikasi boleh saja di bagikan tapi tetap beretika dan menggunakan bahasa yang baik,” tutupnya.
Baca Juga: Sudah Tahu Belum? Ini 15 Etika dalam Kehidupan yang Sering Diabaikan