Sonora.ID – Belum lama ini pemerintah tengah menyiapkan aturan bari mengenai robot trading pada instrumen Perdagangangan Berjangka Komoditi.
Hal tersebut bentuk dari respon banyaknya robot trading yang abal-abal yang beredar di Indonesia dan membuat banyak masyarakat merasa rugi akan hal tersebut.
Skema ponzi serta money game kali ini meresahkan masyarakat, apalgai bagi mereka yang masih kurang akan ilmu serta pengetahuan mengenai robot trading tersebut.
Oleh hal itulah, sebaiknya kita juga bisa mempertimbangkan berbagai hal sebelum memutuskan untuk membeli robot trading.
Mengutip Kompas.com, robot trading sendiri merupakan sistem yang menjalankan transaksi saham secara otomatis dengan menggunakan suatu algoritma sehingga pengguna tidak perlu repot memantau pasar saham.
Kepala Biro Pembinaan dan Pengembangan Pasar Bappebti Kementerian Perdagangan Tirta Karma Senjaya memaparkan sejumlah hal terkait hal ini
Ia menjelaskan robot trading pada dasarnya merupakan sebuah software komputer yang dapat bekerja secara otomatis untuk monitoring pasar.
Selain itu terdapat kalkulasi peluang entry, menempatkan transaksi, serta melakukan manajemen risiko berdasarkan algoritma yang telah ditanamkan pada baris-baris programnya.
Dari hal tersebut pula, rawan bagi para calon investor apalagi pemula dan awam untuk membedakan mana robot trading yang asli dan abal-abal.
Baca Juga: Catat! Ini yang Harus Diperhatikan Sebelum Terjun ke Dunia Trading
Dari masalah tersebut, Ahli Perencanaan Ekonomi Eko Pratomo memaparkan poin yang harus diperhatikan ketika memilih robot trading.
Melalui program Smart Financial Wisdom yang disiarkan di YouTube Smart FM, berikut penjelasan mengenai empat poin tersebut.
Tidak langsung menyetor sejumlah uang dengan nominal yang besar, Eko menuturkan jika memang tertarik untuk membeli robot trading, maka cobalah terlebih dahulu.
Hal yang perlu diperhatikan pertama kali yaitu mengenai mekanisme yang berlaku pada robot trading tersebut hingga bisa memberikan keuntungan yang berlipat ganda.
Selain itu, trading yang memang dianggap sebagai kegiatan minim risiko tetap harus dibatasi ketika ingin mencoba melakukannya.
Seperti yang disampaikan sebelumnya, tak perlu langsung menyetor sejumlah uang yang banyak.
Bagi seorang pemula cukup melakukan trading dengan persentase maksimum sebesar 10% dari total aset investasi yang dimiliki.
Sehingga, ketika mengalami kegagalan dalam melakukan trading, total yang hilang dari aset pun hanya sebesar 10%.
Menurut Eko, angka persentase 10% bukan suatu hal yang harus disesali.
Sebab hal tersebut dapat menjadi suatu pelajaran dan pengalaman dalam dunia trading.
Selain dari dua saran tersebut, Mohammad Teguh, Financial Expert, yang juga hadir pada program Smart Financial Wisdom.
Ia juga menambahkan dua saran yang wajib diperhatikan oleh seseorang ketika ingin trading entah untuk para milineal atau generasi 70-an yang baru ingin memulai.
Kenali risiko yang didapat ketika melakukan trading.
Seperti yang sudah diketahui bahwa robot trading dapat dilakukan dengan praktis, tetapi tidak menutup fakta bahwa sesuatu yang mudah untuk dilakukan pasti memiliki sebuah dampak.
Menurut Financial Expert ini, bisa saja dampak yang diberikan dari robot trading dirasakan dalam jangka waktu yang panjang.
Selain itu, untuk masuk dunia trading jangan karena mengikuti seseorang.
Sebab, setiap orang memiliki keberuntungan serta modal yang berbeda-beda.
Jika memang ingin melakukannya, maka harus berdasarkan dengan keinginan dan pemahaman sendiri akan robot trading tersebut.
Baca Juga: Ryan Filbert Tanggapi Langkah BAPPEBTI yang Tutup 1.222 Domain Trading di Tahun 2022